Kepala Suku Besar Minta Rakyat Keroom Berhati-Hati

146
Ondoafi atau Kepala Suku besar Papua, Herman Yoku
- Iklan Berita 1 -

Keerom, Monitorpapua.com – Ondoafi atau Kepala Suku besar Papua, Herman Yoku juga Anggota Pokja Adat, Majelis Rakyat Papua (MRP), memberi tahu rakyat Keerom agar berhati-hati dugaan adanya kampanya terselubung gunakan pandemi Covid 19. “Saya
menegaskan kepada Rakyat di Kabupaten Keroom Provinsi Papua agar hati-hati terhadap oknum pejabat yang diduga sedang menggunakan pandemi Covid 19 untuk kampanye terselubung,” tegas Kepala Suku Besar Papua itu.

Hal ini disampaikan Herman Yoku kepada Wartawan di kediamannya di Jayapura Kamis 7 Mei 2020 bahwa dirinya telah mendengar informasi yang mengatakan bahwa ada dua oknum pejabat daerah ini yang secara sengaja telah memanfaatkan situasi pandemi virus covid ini untuk memainkan peran politik mereka dengan berusaha menarik hati rakyat lewat cara yang tidak sehat.

“Seperti pembagian sembako kepada warga, dua oknum pejabat mengatasnamakan pemerintah datang memberikan bantuan. Kedua oknum Pejabat masing-masing berjuang mempromosikan dan mengkampanyekan diri agar dilihat warga, siapa di antara mereka yang pantas di hati rakyat, untuk menjadi Nahkoda memimpin pemerintahan Keerom pada periode lima tahun berikutnya. Keduanya rencana akan maju dalam pilkada 2020 ini,” kata Ondoafi Herman Yoku

Herman Yoku penggagas berdirinya kabupaten Keerom yang adalah Ketua Adat Keerom juga sebagai Ondoafi besar, sangat vocal, kritis dan lantang dalam menyuarakan aspirasi masyarakat adat, jauh sebelumnya telah mengetahui gaya dan sikap dari kedua oknum pemimpin tersebut.

Dirinya tidak dapat berdiam diri ketika melihat ketidakadilan yang sementara terjadi di tengah masyarakatnya terkait bantuan pemerintah yang terkesan memihak dan tidak merata.

Herman mengaku terkejut dengan bantuan Pemerintah Keerom yang baru saja diberikan, karena menurutnya bantuan pemerintah kepada masyarakat terdampak covid-19 ini dimana-mana sudah diberikan jauh-jauh hari.

”Jujur saya pribadi sangat terkejut, ini aneh sekali saya punya adik Bupati dan Wakil Bupati dua ini yang masih memimpin sepertinya baru terjaga dari tidur panjang mereka, kenapa di tempat lain fokus pemerintah untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat itu terlihat sekali, bahkan pembagiannya masih terus dilakukan sampai saat ini. Kenapa di Keerom ini baru saja dilakukan pembagian sembakonya oleh pemerintah. Terus yang patut dipertanyakan lagi, kenapa pemberian itu tidak disertai niat yang tulus untuk membantu warga masyarakat yang terdampak, kenapa mesti dipilah-pilah. Inikan terkesan ada terselubung maksud dan niat kotor didalamnya dari kedua oknum Pejabat itu, jelas rakyatlah yang akan jadi korban nantinya,” tegas Herman.

Menurut Herman Yoku, pembagian sembako bagi warga terdampak covid-19 di Keerom sangat tidak sesuai. Banyak warga terabaikan, bahkan pembagian bantuan terdapat dua kubu saling bersaing memperebutkan kekuasaan di sana, tanpa mempertimbangkan kedudukan dan asal usul mereka.

Padahal jika ditinjau dari paradigma hukum adat, jelas kedua oknum pemimpin ini sama sekali tidak memiliki kriteria untuk menjadi orang nomor satu, atau orang nomor dua di Kabupaten Keerom, karena mereka bukan anak asli Keerom, ujarnya.

” Maaf kata, jika saya menyinggung perasaan dua pemimpin ini, saya berbicara realita dan kenyataan dalam sebuah kesalahan yang memang terjadi dan mungkin akan terjadi lagi. Sungguh miris melihat keanehan ini, kok bisa ya..? mereka yang bukan anak asli bisa memimpin Keerom, ini hal yang luar biasa hebatnya, seakan sudah tidak ada lagi para intelektual anak asli Keerom yang punya kapabilitas untuk memimpin. Sampai mereka berdua ini bersikukuh untuk terus terlibat dalam panggung politik pilkada di Kabupaten Keerom. Eeeei kalian berdua saya mau kasih tahu, sadar diri dong, saya ini tidak pergi mencalonkan diri di Jawa sana, Sumatra sana, di Bali sana, Sulawesi sana, di Kalimantan sana, Ambon sana. Jangan terlalu jahu, di Port Numbai Kota Jayapura saja saya tidak mencalonkan diri, juga di Kabupaten Jayapura, Sarmi, Biak, Waropen, Serui, Nabire, Tolikara, Wamena dan lain-lain. Karena saya tahu diri saya bukan anak asli sana, tidak mungkin saya pergi untuk merampas hak orang lain, walaupun kita sama-sama orang Papua. Saya anak asli Keerom, lahir dan besar di Keerom, serta memiliki latar belakang silsilah yang jelas. Tidak seperti kalian yang tidak tahu diri, dan terus maju untuk mengejar ambisi jabatan, bukan panggilan jiwa untuk berbakti sepenuh hati bagi kepentingan rakyatku di Keerom,”celetuk Herman Yoku

Herman Yoku, pria pencetus berdirinya Kabupaten Keerom, jasanya seakan terlupakan tak pernah disinggung dan dibicarakan untuk diberikan penghargaan atas dedikasinya terhadap negara, padahal jangkauan pelayanan negara semakin kecil dengan adanya Kabupaten Keerom, masyarakat yang duluhnya terisolasi kini telah melihat terang peradaban dan hidup di dalamnya, kian hari perlahan semakin berubah.

Herman Yoku menegaskan lagi, ada kekuatiran dan ketidakpercayaan terhadap oknum pejabat di Kabupaten Keerom, terkait dengan penggunaan dana penanganan virus covid-19.

Dikuatirkan Herman, bahwa jangan sampai sebagian besar dana tersebut dapat dialihkan untuk kampanye politik dari kedua kubu Bupati dan Wakil Bupati menjelang pilkada yang mendekat ini.

” Saya sangat yakin jika dana penanganan virus covid-19 ini tidak dikawal dengan ketat, maka terbuka lebar pintu korupsi untuk oknum pejabat melakukan praktek-praktek yang tidak terpuji, yang hanya bertujuan memuluskan rencana dan ambisi untuk memperkaya diri sendiri, mengejar kepentingan jabatan, dengan mengabaikan harapan dan keinginan masyarakatnya sendiri agar hidup lebih layak di lingkungannya,” harap Herman Yoku, anggota MRP Pokja Adat Papua. (Stevi Fun/Ren/IWO)

Keerom, Monitorpapua.com Ondoafi atau Kepala Suku besar Papua, Herman Yoku juga Anggota Pokja Adat, Majelis Rakyat Papua (MRP), memberi tahu rakyat Keerom agar berhati-hati dugaan adanya kampanya terselubung gunakan pandemi Covid 19. “Saya
menegaskan kepada Rakyat di Kabupaten Keroom Provinsi Papua agar hati-hati terhadap oknum pejabat yang diduga sedang menggunakan pandemi Covid 19 untuk kampanye terselubung,” tegas Kepala Suku Besar Papua itu.

Hal ini disampaikan Herman Yoku kepada Wartawan di kediamannya di Jayapura Kamis 7 Mei 2020 bahwa dirinya telah mendengar informasi yang mengatakan bahwa ada dua oknum pejabat daerah ini yang secara sengaja telah memanfaatkan situasi pandemi virus covid ini untuk memainkan peran politik mereka dengan berusaha menarik hati rakyat lewat cara yang tidak sehat.

“Seperti pembagian sembako kepada warga, dua oknum pejabat mengatasnamakan pemerintah datang memberikan bantuan. Kedua oknum Pejabat masing-masing berjuang mempromosikan dan mengkampanyekan diri agar dilihat warga, siapa di antara mereka yang pantas di hati rakyat, untuk menjadi Nahkoda memimpin pemerintahan Keerom pada periode lima tahun berikutnya. Keduanya rencana akan maju dalam pilkada 2020 ini,” kata Ondoafi Herman Yoku

Herman Yoku penggagas berdirinya kabupaten Keerom yang adalah Ketua Adat Keerom juga sebagai Ondoafi besar, sangat vocal, kritis dan lantang dalam menyuarakan aspirasi masyarakat adat, jauh sebelumnya telah mengetahui gaya dan sikap dari kedua oknum pemimpin tersebut.

Dirinya tidak dapat berdiam diri ketika melihat ketidakadilan yang sementara terjadi di tengah masyarakatnya terkait bantuan pemerintah yang terkesan memihak dan tidak merata.

Herman mengaku terkejut dengan bantuan Pemerintah Keerom yang baru saja diberikan, karena menurutnya bantuan pemerintah kepada masyarakat terdampak covid-19 ini dimana-mana sudah diberikan jauh-jauh hari.

”Jujur saya pribadi sangat terkejut, ini aneh sekali saya punya adik Bupati dan Wakil Bupati dua ini yang masih memimpin sepertinya baru terjaga dari tidur panjang mereka, kenapa di tempat lain fokus pemerintah untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat itu terlihat sekali, bahkan pembagiannya masih terus dilakukan sampai saat ini. Kenapa di Keerom ini baru saja dilakukan pembagian sembakonya oleh pemerintah. Terus yang patut dipertanyakan lagi, kenapa pemberian itu tidak disertai niat yang tulus untuk membantu warga masyarakat yang terdampak, kenapa mesti dipilah-pilah. Inikan terkesan ada terselubung maksud dan niat kotor didalamnya dari kedua oknum Pejabat itu, jelas rakyatlah yang akan jadi korban nantinya,” tegas Herman.

Menurut Herman Yoku, pembagian sembako bagi warga terdampak covid-19 di Keerom sangat tidak sesuai. Banyak warga terabaikan, bahkan pembagian bantuan terdapat dua kubu saling bersaing memperebutkan kekuasaan di sana, tanpa mempertimbangkan kedudukan dan asal usul mereka.

Padahal jika ditinjau dari paradigma hukum adat, jelas kedua oknum pemimpin ini sama sekali tidak memiliki kriteria untuk menjadi orang nomor satu, atau orang nomor dua di Kabupaten Keerom, karena mereka bukan anak asli Keerom, ujarnya.

” Maaf kata, jika saya menyinggung perasaan dua pemimpin ini, saya berbicara realita dan kenyataan dalam sebuah kesalahan yang memang terjadi dan mungkin akan terjadi lagi. Sungguh miris melihat keanehan ini, kok bisa ya..? mereka yang bukan anak asli bisa memimpin Keerom, ini hal yang luar biasa hebatnya, seakan sudah tidak ada lagi para intelektual anak asli Keerom yang punya kapabilitas untuk memimpin. Sampai mereka berdua ini bersikukuh untuk terus terlibat dalam panggung politik pilkada di Kabupaten Keerom. Eeeei kalian berdua saya mau kasih tahu, sadar diri dong, saya ini tidak pergi mencalonkan diri di Jawa sana, Sumatra sana, di Bali sana, Sulawesi sana, di Kalimantan sana, Ambon sana. Jangan terlalu jahu, di Port Numbai Kota Jayapura saja saya tidak mencalonkan diri, juga di Kabupaten Jayapura, Sarmi, Biak, Waropen, Serui, Nabire, Tolikara, Wamena dan lain-lain. Karena saya tahu diri saya bukan anak asli sana, tidak mungkin saya pergi untuk merampas hak orang lain, walaupun kita sama-sama orang Papua. Saya anak asli Keerom, lahir dan besar di Keerom, serta memiliki latar belakang silsilah yang jelas. Tidak seperti kalian yang tidak tahu diri, dan terus maju untuk mengejar ambisi jabatan, bukan panggilan jiwa untuk berbakti sepenuh hati bagi kepentingan rakyatku di Keerom,”celetuk Herman Yoku

Herman Yoku, pria pencetus berdirinya Kabupaten Keerom, jasanya seakan terlupakan tak pernah disinggung dan dibicarakan untuk diberikan penghargaan atas dedikasinya terhadap negara, padahal jangkauan pelayanan negara semakin kecil dengan adanya Kabupaten Keerom, masyarakat yang duluhnya terisolasi kini telah melihat terang peradaban dan hidup di dalamnya, kian hari perlahan semakin berubah.

Herman Yoku menegaskan lagi, ada kekuatiran dan ketidakpercayaan terhadap oknum pejabat di Kabupaten Keerom, terkait dengan penggunaan dana penanganan virus covid-19.

Dikuatirkan Herman, bahwa jangan sampai sebagian besar dana tersebut dapat dialihkan untuk kampanye politik dari kedua kubu Bupati dan Wakil Bupati menjelang pilkada yang mendekat ini.

” Saya sangat yakin jika dana penanganan virus covid-19 ini tidak dikawal dengan ketat, maka terbuka lebar pintu korupsi untuk oknum pejabat melakukan praktek-praktek yang tidak terpuji, yang hanya bertujuan memuluskan rencana dan ambisi untuk memperkaya diri sendiri, mengejar kepentingan jabatan, dengan mengabaikan harapan dan keinginan masyarakatnya sendiri agar hidup lebih layak di lingkungannya,” harap Herman Yoku, anggota MRP Pokja Adat Papua. (Stevi Fun/Ren/IWO)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini