SORONG, Monitorpapua.com. – Lucu dan cantik, itulah Santa Claus dari Paroki Santo Yohanes Pembaptis, Impian Anak-Anak Menyambut Hari Raya Natal 2024. Mau foto-foto dengan Santa Claus dan Saint Piet atau Pit Hitam, ayo..jangan lari ya..anak-anak, bisa berpelukan dengan Santa Claus, tapi ingat, hanya anak-anak saja, karena Santa Claus itu diperankan oleh Ibu-Ibu Paroki bukan bapak-bapak, ingat itu ya anak-anak! tetap tersenyum menyambut kunjungan meriah Mama Santa Claus.
Santa Claus Paroki Santo Yohanes Pembaptis diperankan Ibu-Ibu Komunitas Santa Teresa de Kalkuta. Santa Claus adalah tokoh legendaris yang identik dengan perayaan Natal. Ia digambarkan sebagai pria tua berjenggot putih yang mengenakan pakaian merah putih membawa hadiah dan menaiki kereta salju yang ditarik rusa kutib. Asal usul Santa Claus masih menyimpan misteri. Namun, di Paroki Santo Yohanes Pembaptis, Santa Claus diperankan oleh seorang ibu Guru ‘berjenggot putih’ siapakah dia?
‘Semangat Ibu-Ibu, Semangat Ibu-Ibu, Semangat Ibu-Ibu. Demikian Yel-yel sebelum mengadakan kunjungan Santa Claus. Demikian disampaikan Pimpinan Cabang Wanita Katolik Republik Indonesia (DPC WKRI) bersama Komunitas Ibu-Ibu Santa Teresa, Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman Sorong, Sartika Siska Gurning didampingi sejumlah ibu-ibu Santa Teresa Kalkuta yang memulai mengadakan kegiatan kunjungan ‘Santa Claus’ selama dua hari, Sabtu 14 Desember – Minggu, 15 Desember 2024.
Kegiatan ini dipimpin Ketua DPC WKRI, Sartika Siska Gurning bersama semua pengurus DPC. Mereka menyiapkan semua perlengkapan dan peran Santa Claus, Saint Piet atau Piet hitam, Putri Peri, Badut. Ada juga kado, bingkisan dan kendaraan yang ditumpangi untuk berkeliling kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Kegiatan ini diawali dengan Doa Pembuka oleh Sekretaris DPP, Laurentius Reresi. Selanjutkan akan diberkati Pastor Paroki Santo Yohanes Pembaptis, RD. Izaak Bame di Gereja Katolik Santo Yohanes Pembaptis. Siapakah orang yang dikagumi anak-anak ketika melihat sosok yang tampil elegan, berwibawa dan sangat ramah serta mampu memikat hati anak-anak? Tentu, namanya Santa Claus. Namun anak-anak dan orangtua di Paroki Santo Yohanes Pembaptis masih penasaran ingin mengetahui wajah Santa Claus.
Sinterklas adalah tokoh dalam berbagai budaya yang menceritakan tentang seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya jelang Hari Natal.
Dia bernama Nikolaus, seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin. Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur. Hari Sinterklas dirayakan di seluruh dunia setiap tanggal 6 Desember.
Sebelum menjadi orang suci, Nicholas adalah seorang anak laki-laki yatim piatu yang lahir di kota Romawi kuno Patara. Santo Nick memberikan warisannya kepada “yang membutuhkan, yang sakit, dan yang miskin”, menurut Vatikan News.
Kebaikan Nikolaus ini diperankan oleh sejumlah orang yang ingin melakukan kunjungan ke rumah-rumah membawa bingkisan Natal. “Kami ibu-ibu Paroki siap mengadakan kunjungan,” ucap semua ibu Paroki.
Masyarakat berkeliling kendaraan yang ditumpangi ibu-ibu paroki, mereka ingin menyaksikan kegiatan tersebut, menggambarkan sosok Nicholas yang dinilai identik dengan perayaan Natal, yaitu hari kelahiran Yesus. Santa yang selalu menyebar pesan baik, dianggap masyarakat mirip dengan Yesus Kristus, sehingga menjadikan sosok Santa Claus melekat pada saat perayaan Natal. “Hallo anak-anak, Santa Claus Yoh Pem datang,”ucap Mama-Mama Santa Claus dan Saint Piet kegirangan
Hal inilah yang dihayati dan diperankan DPC WKRI Paroki Santo Yohanes Pembaptis bersama Komunitas Santa Teresa Kalkuta. Siapakah Santa Claus dalam komunitas ini? Mari kita simak bersama
Biasanya Santa Claus diperankan oleh kaum bapak. Namun di tahun 2024, Santa Claus diperankan oleh Ibu-Ibu Paroki Sto. Yohanes Pembaptis.
Hari Pertama, Santa Claus : diperankan oleh Ibu Nancy Manurung Saint Piet: Ibu Kristinawati Boly, Ibu Linda Layan, dan Putri Peri Ibu Iren Ella serta pasukan pembawa karung diperankan oleh Ibu-Ibu Santa Teresa Kalkuta.
Sedangkan hari Kedua, akan diatur kemudian. Mereka mengunjungi 50 anak yang rumahnya sangat jauh, jalan rusak, becek, hujan dan angin. Namun tak menyurutkan semangat tim ibu-ibu untuk menyelesaikan tugas pelayanan selama dua hari. “Ibu-ibu sangat bersemangat mengunjungi anak-anak,”ujar Ketua DPC WKRI. (Laurent & Agung Reresi)
