SORONG, Monitorpapua.com – Kementerian Agama Republik Indonesia memberikan kesempatan kepada para penyuluh agama untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat binaan atau kelompok-kelompok binaan. Untuk melakukan Penyuluihan Agama dan Pembangunan, setiap Penyuluh Agama menyiapkan diri, materi dan kesiapsediaanya menjalankan tugas penyuluhan. Hal ini dibuktikan Penyuluh Agama Katolik, Laurentius Reresi kepada kelompok binaannya.
Salah satu tema menarik yang dilakukan Penyuluh Agama Katolik yang bekerja di Kantor Kementerian Agama Seksi Bimas Katolik Kota Sorong adalah “Hatinurani”. Tema ini penting disampaikan Penyuluh kepada kelompok binaan agar mereka benar-benar menghayati nilai-nilai kebenaran selama hidupnya. Maka sangat jelas, Penyuluh terus mengikuti perkembangan kelompok binaan. Terkait materi tentang Suara Hati atau Hati Nurani, Penyuluh membukanya pertemuan dengan doa Pembuka dan mengakhiri dengan doa juga. Kemudian Penyuluh menjelaskan tentang bagaimana bertumbuh dengan baik. Penyuluh mengatakan setiap orang memiliki hatinuraninya. Keputusan Hati nurani ini haruslah bertumbuh sesuai ajaran Tuhan. Maka untuk membentuk hati nurani adalah tugas setiap orang dan berlangsung seumur hidup.
Tentu, dalam hidup manusia, Orangtua membentuk anak, mendidik, membersarkan dan memberikan pendidikan untuk pembentukan hati nurani di usia dini. Orangtua mulai memperkenalkan pertimbangan baik dan buruk, kebajikan, bagaimana mengalahkan rasa takut, kesombongan dan egoism termasuk nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diperjuangkan dalam hidupnya.
“Dalam kehidupan kelompok binaan, hati nurani seseorang dapat digerakkan oleh kurangnya pemahaman akan kebenaran Kitab Suci yang bisa menghasilkan perasaan bersalah dan malu yang tidak sebanding dengan masalah yang ada,” terang Penyuluh. Maka Penyuluh mengatakan mendewasakan iman dapat memperkuat hati nurani.
Dalam Katekismus Gereja Katolik tentang Hati Nurani (KGK) 1778 mengatakan Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang dilaksanakan, atau sudah dilaksanakan, baik atau buruk secara moral.Agar hati nurani kita tidak mengambil keputusan yang salah, maka perlu dipupuk, sehingga dapat bertumbuh dengan baik.
“Jelas bawah cara untuk memupuk hati nurani dengan semakin mendekatkan diri pada Tuhan, karena Dialah yang memberikan hukum moral di dalam hati kita. Hal ini dapat dilakukan dengan: membaca Sabda-Nya dan mengartikannya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Gereja, sehingga kita tidak salah dalam menginterpretasikan Sabda Tuhan sesuai dengan kepentingan pribadi kita,” tutur Laurentius Reresi.
Lebih lanjut kata Laurentius Reresi, kita juga harus sering memeriksa batin, sehingga kita mempunyai kepekaan apakah kita telah salah dan gagal untuk melakukan perbuatan yang baik atau tidak. Kita juga boleh berkaca kepada Bunda Maria dan orang-orang kudus, sehingga kita terpacu untuk meniru teladan kehidupan mereka.
Konsep hati nurani dalam Kitab Suci Perjanjian Baru lebih bersifat individual dan melibatkan tiga kebenaran utama. Pertama, hati nurani adalah kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada manusia untuk melakukan evaluasi diri. Paulus beberapa kali merujuk pada hati nuraninya yang “murni” atau “baik” (Kis 23;1; 24:16; 1 Kor 4:4). Paulus menguji perkataan dan perbuatannya sendiri dan mendapati bahwa mereka sesuai dengan sistem nilai dan moral yang dia anut, yang tentu saja, berdasarkan pada standar Allah. Hati nurani Paulus membuktikan integritas hatinya.
Kedua, Perjanjian Baru menggambarkan hati nurani sebagai saksi atas sesuatu. Paulus mengatakan bahwa orang non-Yahudi memiliki hati nurani yang memberikan kesaksian atas kehadiran hukum Allah yang tertulis dalam hati mereka, meskipun mereka tidak memiliki Hukum Musa atau Hukum Taurat (Rm 2:14-15). Paulus juga menjadikan hati nuraninya sebagai saksi bahwa dia mengatakan kebenaran (Rm 9:1) dan bahwa dia hidup dalam kekudusan dan ketulusan ketika berurusan dengan manusia (2 Kor 1:12). Dia juga mengatakan bahwa hati nuraninya menunjukkan bahwa tindakannya terang dan nyata baik bagi Allah dan menjadi kesaksian bagi hati nurani orang lain (2 Kor 5:11)
Ketiga Hati nurani itu dibentuk oleh pengetahuan yang kita dapat, sehingga pendidikan hati nurani merupakan tugas seumur hidup. Sabda Tuhan merupakan Terang yang membentuk suara hati, yang harus kita terapkan dalam hidup kita dalam iman dan doa, oleh bimbingan Roh Kudus, dibantu oleh kesaksian ataupun nasihat orang lain dan juga oleh pengajaran Gereja. (Laurentius Reresi/pelbagai sumber)