Pembimas Kanwil Papua Barat:  Dirjend Bimas Katolik RI Sudah Harus Melaksanakan Program “Papua Bangga”

83
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – Pembimas Katolik Kantor Dirjend Bimas Katolik RI mengatakan Orang menunggu dan menunggu, bahkan orang tertarik untuk ikut. Dalam lingkup Papua Barat, sudah dilaunching di Belagri Hotel dan yang hadir sangat banyak, dari lingkup Keuskupan, Ormas Katolik, dan banyak lembaga Katolik laInnya. Mereka bertanya kepada kami, bagaimana kelanjutan program ini? Saya bilang, kita menunggu saja. Bahkan OAP terus menunggu kapan mereka bisa kuliah mendapat beasiswa dari Dirjend Kemenag RI?

Hugo menjelaskan Direktorat Jenderal Bimas Katolik RI sudah harus melaksanakan program “Papua Bangga” karena sebagian pemuda telah mendaftar, namun pihaknya menggunakan dana dari mana ? Kalau mereka datang pada kami di Kemenag Bimas Katolik, Kami belum ada jukninya karena kami bekerja harus ada dasar hukumnya. Mereka pulang ke kampung dan kecewa dengan program ini. Maka saya menginginkan dan menyampaikan kepada Dirjend Bimas Katolik di Jakarta untuk bersikap secara arif dan bijak dengan persoalan ini,”tegas Hugo.

Bagaimana dengan kehidupan menggereja dengan program Papua Bangga ini? Hugo menjelaskan ada banyak organisasi Katolik yang peminatnya kurang. Sekurang-kurangnya ada support anggaran supaya mereka apa bisa hidup. Misalnya ada kegiatan rekoleksi, Retret dan lain-lain perlu ada dana pembinaan untuk SDM juga Karena dalam organisasi banyak pemuda-pemuda Katolik membutuhkan pendampingan sesuai program kerja dan finansial ‘Papua bangga’

“Saya berharap Dirjend Bimas Katolik di Jakarta agar bersikap cepat dengan persoalan ini. Dalam organisasi Pemuda Katolik dan kelompok Lingkungan di Gereja Katolik seperti OMK, Sekami, Misdinar, kita bicara program harus ada finansial.

Apakah ada sosialisasi? Hugo menjawab, pihaknya terus bermitra dengan Kuskupan, pihak Gereja. Dalam Bimas Katolik Papua Barat, selalu berkomunikasi dengan Dirjen Bimas Katolik di Pusat untuk terus tolong program itu segera yang bunyinya Program Papua Bangga. Karena selama ini tidak ada program Papua Bangga. Harus bunyi. “Harapan saya PMA ini sungguh-sungguh menjadi keinginan saya agar mereka memahaminya. Sebenarnya mereka paham tapi begitulah,” ujarnya lagi

“Saya terus meminta pusat supaya tolong memperhatikan kami dengan program tersbut. Kalau kami di Papua, jujur tidak minta program itu, tapi Jakarta yang membuat program itu, kami tanpa program itu bisa hidup, bisa jalan, kenapa Jakarta membuat program itu lalu Jakarta membuat program itu dan kenyataanya tidak dijalankan sehingga membuat kami terganggu.

Harapan besar, bila program ini dijalankan, apa harapannya dari Gereja Katolik, Pembimas menegaskan hal ini menjadi beban bagi orang Katolik bila Negara memberi beasiswa, mereka berpikir ada yang menanggung sekolah saya, makan minum, rumah kost, mereka selesai pendidikan secara manusiawi pasti dia berbakti kepada Negara karena memiliki SDM yang baik. Saya yakin hal itu maka sebelum mereka berangkat studi, mereka harus dibekali dan dimonitor terus karena pencairan beasiwa sesuai kartu studinya. “Kami mencairkannya sesuai KHS kenapa nilainya turun, antara kami dan mereka ada keterkaitan. Mereka yang selesai studi, bisa ditempatkan di sekolah Katolik, sekolah Tinggi Katolik, bisa menjadi pekerja atau LSM, pekerja besar dan masih ada.

Untuk pemuda Katolik, OMK, Misdinar yang mendapat beasiswa akan belajar atau kuliah lalu mereka menjadi pemimpin masa depan yang baik, mereka akan mengikuti pelatihan dasar kepemimpinan, ada banyak kegiatan melalui program ini, bagaimana berbicara memimpin pertemuan, MC. Prorgam ini mengangkat dari akar rumput.

Mereka yang berada di kampong-kampung sebagai misdinar, sekolah minggu, sya pergi ke kampung-kampung saya merasa prihatin dan sedih ketika saya melihat banyak gereja di kampong-kampung sudah mau rubuh, maka saya katakana ketika orang datang membawa proposal maka saya katakan berbahagialah kamu karena kamu masih bisa menikmati kursi yang ada karena kursi yang bagus, coba ke Selatan, Utara lihat Gereja di sana dengan kondisi lantai, seng yang sudah rusak, saya merasakan hal itu, tapi mereka penuh semangat dan kesedihan serta keprihatinan dan harapan saya, berbahagia kalian yang bisa memakai spatu karena banyak di sana yang tidak memakai sepatu, mereka tidak punya bangku untuk duduk saat berdoa. Saya melihat gereja yang besar-besar kemudian membandingkan dengan hasil turney ke kampung-kampung maka saya selalu meminta kepada Dirjend Bimas Katolik untuk memperhatikan hal itu, Saya berbicara dalam lingkup Papua Barat. Belum di luar Papua Barat karena saya dulunya lama tinggal di Provinsi Papua, lebih miris lagi. Saya sangat terharu kalau berbicara soal itu

Seberapa besar kontribusi umat Katolik untuk Papua Barat? Kontribusi seperti apa bagi masyarakat Papua? Hugo  menegaskan sebenarnya banyak tokoh Katolik, mereka tidak mau publikasikan. Jelas banyak kontribusinya, namun saya tidak mau sebutkan satu persatu. Harapan Program ini bagi mereka adalah dibiayai, dibantu, dibina supaya bisa menjadi orang yang berguna, menjadi pemimpin yang baik, lewat program ini banyak yang dilakukan.

Dari Bimas Katolik, tidak bisa membantu banyak kalau program ini tidak dijalankan, karena keterbatasan anggaran. Seharusnya 100 orang yang dibina ternyata hanya dua orang saja. Kami berbicara memakai data, dapat data ini saya dapat dari Pastor yang punya Umat. “Mereka bilang Pak Hugo 100 orang, saya sampaikan ke Pusat 100, tapi realisasi 2 orang saja. Saya menangis karena hanya 2 orang. Contoh di Kota Bintuni begitu banyak yang ingin hadir dalam kegiatan, ternyata hanya bisa 2 orang saja karena ongkos sangat besar, anggaran kami hanya biayai yang tinggal di Bintuni, daerah lain tidak bisa karena tidak ada biaya, program ke Direktorat sangat jelas karena kami sudah menghitung semuanya. Rancarangannya sebanyak mungkin karena program ini belum dilaksanakan, kalau sudah ada maka kami seleksi yang mau sekolah dengan adanya beasiswa, berapa orang yang berangkat dan siapa yang tidak atau yang dapat beasiswa berangkat ke luar Papua yang lain kuliah di Kota Sorong dan Manokwari.

Harapan dan pesan “Kementerian Agama khususnya Dirjen Bimas Katolik sungguh-sungguh melihat PMA nomor Nomor 1364 Tahun 2022 tentang Program Papua Bangga agar sungguh-sungguh menjalankan program Papua bangga, jangan membuat kami menanti dan kecewa untuk yang kesekian kalinya. Ini sesuatu yang baik bagi kepentingan orang banyak, organisasi dan demi Kemuliaan Nama Tuhan,” ucapa Hugo. (Ren, Soter R)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini