Tarian ‘Orang Hutan’ Sambut Uskup di Pulau

0
79
- Iklan Berita 1 -

PENCADO, Monitorpapua.com – “Bapa datang… Bapa su datang” adalah teriakan pertama yang terdengar manakala Yang Mulia Bapa Uskup Diosis Amboina, Mgr. Seno Ngutra tiba di pantai Pencado, Maluku Utara.

Seorang tokoh umat di Stasi Pencado yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa umat merasa sangat senang karena lebih dari 40 Tahun telah berlalu sejak terakhir kali kunjungan kanonik Mgr. Andreas Sol MSC di Stasi St. Petrus Pencado.

“Bapa su lupa tahunnya, tapi Uskup yang tiba singgah di Pencado itu cuma Bapa Uskup Sol sa. Bapa Uskup Mandagi tahun 2006 cuma ke Kawadang sa, seng singgah di Pencado.

Makanya Kaka lia orang paleng banya datang par jemput Bapa Uskup Inno ni karena su paleng lama baru Uskup mo datang di sini.

Bapa pu ana bungsu yang skarang sa su 39 tahun, padahal Bapa Uskup Sol datang tu dia balom lahir lai,” ungkap tokoh umat.

Ratusan orang berjejer sepanjang pesisir pantai Pencado untuk menyambut kedatangan sang gembala. Bapa Uskup tidak hanya dijemput oleh umat Katolik saja, namun turut hadir pula saudara dan saudari kita dari jemaat GPM dan Muslim.

Yang Mulia Bapa Uskup diarak keliling kampung dengan tari-tarian yang beragam baik dari umat Muslim dan GPM sebelum diantar masuk ke Gedung Gereja GPM jemaat Paulus Pencado.

Menariknya, panitia tidak menjadwalkan kunjungan Bapa Uskup ke Gereja Paulus Pencado. Kunjungan itu murni atas permintaan Ibu Pendeta R. Tetelepta, S.Si.

Selain itu, umat Muslim pun datang dan meminta langsung kepada panitia setempat dengan istilah “minta jatah” sebagai panitia penjemputan Yang Mulia Bapa Uskup.

Hal ini menunjukkan bahwa Yang Mulia Bapa Uskup, Mgr. Seno Ngutra bukan hanya dimiliki umat Katolik saja, namun juga dicintai setiap orang yang beragama. Setelah memberikan berkat, Yang Mulia menuju Gereja Katolik St. Petrus Pencado.

Pada persimpangan jalan antara gedung gereja GPM dan Katolik, Bapa Uskup disambut Suku asli Taliabu dengan tarian “Orang Hutan”. Tarian ini hanya ditarikan ketika terdapat kegiatan besar secara adat atau penjemputan tokoh-tokoh tertentu saja. Tarian ini dilakukan dengan cara menombak ‘orang hutan’ (suku asli) menggunakan batang galoba atau disebut sebagai tongkat setan oleh masyarakat Pencado.

Bapa Uskup pun diikutsertakan dalam aksi tersebut. Bapa Uskup terlihat sangat bahagia, hal ini ditunjukkan dengan ekspresi beliau yang tertawa saat berhasil menombak seorang penari.

Selepas itu, terdengar lonceng gereja St. Petrus Pencado berbunyi. Suasana yang riuh itu kemudian menjadi hening. Bapa Uskup melangkahkan kaki menuju depan Gereja.Tarian ‘Orang Hutan’ Sambut Uskup di Pulau Taliabu

“Setelah sekian lama kami menanti kedatanganmu, bapa yang agung dan mulia. Bersoraklah dan sambut dia yang datang dan membawa api Injil, Bapa Monsignor Seno Ngutra” adalah penggalan syair lagu yang dinyanyikan kepada sang gembala.

Kerinduan yang lebih dari 40 tahun itu akhirnya terbayarkan. Yang Mulia Bapa Uskup akan tinggal bersama umatnya di Stasi Pencado selama dua hari. Waktu ini memang sangat singkat, namun tuntas membayar rindu yang terlampau lama.

Di depan Gereja umat Stasi menyambut Bapa Uskup dengan nyanyian. Tergambar jelas raut wajah kerinduan akan kehadiran seorang gembala. Beberapa orang terlihat meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu tersebut.

“Setelah sekian lama kami menanti kedatanganmu, bapa yang agung dan mulia. Bersoraklah dan sambut dia yang datang dan membawa api Injil, Bapa Monsignor Seno Ngutra” adalah penggalan syair lagu yang dinyanyikan kepada sang gembala.

Kerinduan yang lebih dari 40 tahun itu akhirnya terbayarkan. Yang Mulia Bapa Uskup akan tinggal bersama umatnya di Stasi Pencado selama dua hari. Waktu ini memang sangat singkat, namun tuntas membayar rindu yang terlampau lama. (*Ren/KOMSOS Keuskupan Amboina)

Berikan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.