
JAKARTA, Monitorpapua.com – Purut Meidy Tuuk., S.Th., satu-satunya Perwakilan Penyuluh Agama dari Kanwil Papua Barat, Kantor Kemenag Kabupaten Sorong, terpilih mengikuti Diklat Deteksi Dini angkatan II dengan sasaran pelatihan deteksi dini konflik sosial Keagamaan bagi Jabatan Fungsional Keagamaan Angkatan I-V Tahun 2024.
Purut Meidy Tuuk., S.Th., berkisah terkait pengalamannya mengikuti Diklat di Jakarta kepada media demikian,
Saya Meidy Tuuk mendapat bekal baru dari Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno saat membuka pelatihan bertempat di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan RI, 30 April hingga 4 Mei di Jakarta
Meydi Tuuk, Penyuluh Agama ini datang dari Papua Barat Daya peserta dalam pelatihan, bertemu dengan 140 peserta yang terbagi dalam 5 angkatan se Indonesia.
“Semua peserta belajar berpartisipasi dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mendeteksi serta menanggulangi potensi konflik sosial yang berbasis keagamaan di lingkungan masyarakat ditempat tugas masing-masing,” terangnya.
Kepala Balitbang RI, Suyitno berpesan, Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan bekal yang lebih baik kepada kami para penyuluh agama dalam menghadapi dinamika sosial keagamaan yang kompleks di berbagai daerah Republik Indonesia,” kata Meidy
Menurutnya, materi yang disampaikan mencakup teknik penyelesaian konflik, strategi penanganan preventif, serta upaya rekonsiliasi antar kelompok yang terlibat dalam konflik.
“Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. H. Mastuki, M.Ag menyambut baik partisipasi para penyuluh agama dalam pelatihan tersebut,” terang Meidy
Sebuah pelatihan yang dirancang untuk mendeteksi sejak dini konflik bernuansa agama secara tatap muka.
Pelatihan Deteksi Dini bertujuan membekali peserta dalam mendeteksi, menganalisis, dan memitigasi konflik bernuansa agama.
“Kita berharap para peserta pelatihan nantinya bisa terlibat secara aktif di masyarakat untuk memitigasi potensi-potensi konflik, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara tetap bisa berjalan dengan rukun dan damai,” terangnya lagi
“Ada tiga materi utama yang akan kami pelajari selama mengikuti pelatihan, yaitu Analisis faktor Konflik, Metodologi Deteksi Dini Konflik, Tahapan dan Sistem Deteksi Dini Konflik,” ungkapnya.
“140 Peserta dibekali kemampuan memitigasi potensi-potensi konflik, menganalisis penyebab, para aktor yang terlibat, dan para pihak yang memiliki potensi menyelesaikan konflik,”jelas Meidy.
“Kehadiran para Penyuluh Agama ini,dalam perwakilan di setiap provinsi sangat berarti dalam upaya memperkuat jaringan deteksi dini serta penanganan konflik sosial keagamaan di tingkat lokal,” ujarnya.
Dengan menghadirkan para Penyuluh Agama dari berbagai daerah, diharapkan pelatihan ini mampu memperluas jangkauan dan efektivitas penanganan konflik sosial keagamaan di seluruh daerah di Indonesia dan di Papua Barat. (Laurent Reresi, Meidy)