SORONG, Monitorpapua.com – Panglima Jendral TNI Andika Perkasa Ingin Papua Damai, maka ada sejumlah syarat yang wajib dilakukan, di antaranya bertemulah dengan orang asli Papua, bukan tokoh agama sebagaimana data vidio yang telah viral seantero Papua
Hal ini disampaikan Pastor Izaak Bame, Pr., Pastor Kerasulan Awam yang bertugas di Keuskupan Manokwari Sorong (Kerawam KMS) kepada media ini via tuliannya ke Redaksi menanggapi sikap Panglima menyelesaikan masalah Papua, Kamis (5/1).
“Saya menonton cuplikan vidio yang memviralkan pertemuan tokoh agama dengan Panglima Jendral TNI Andika Perkasa di Mabes Pangdam Cendrawasih Papua,” kata Izaak Bame.
Lebih terperinci, Pastor Asli Papua ini mengatakan “Isi pembicarannya saya tidak dengar dengan jelas namun ada satu hal yang diungkapkan oleh Panglima Jendral TNI Andika Perkasa bahwa ada keinginan supaya ada damai di Papua bahkan dengan kata ‘harus’, “papar Bame.
Dari kata ini, lanjut Pastor Izaak Bame, “Saya dapat kesan bahwa seakan-akan konflik di Papua ini dilakukan oleh Orang Asli Papua,” tulis Izaak Bame.
“Panglima yang terhormat. Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Republik Indonesia telah memaksakan rakyat asli Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ibarat seorang gadis dipaksakan nikah dengan seorang pria yang bukan idamannya sehingga konflik tidak pernah teratasi,” tegas Ketua Kerasulan Awam KMS.
Apa bila Panglima Jendral TNI Andika Perkasa mengharapkan ada damai di Papua maka Presiden dan kroni-kroninya harus bertemu dengan rakyat asli Papua. dalam hal ini ULMWP dan Tapol-Napol Papua bukan tokoh Agama.
“Saya lihat dalam vidio itu hanya Satu orang asli Papua, yang lainnya orang luar Papua. Pertanyaannya mereka mewakili siapa atau dengan kata lain Orang Asli Papua siapa yang utus mereka? Mengapa Panglima tidak bertemu Beny Wenda, Markus Haluk, Filip Karma, Forkorus Yesembut ?,” tanya Izaak Bame dalam tulisannya.
Panglima yang terhormat saya melihat ungkapan kata ‘Harus’ ada Damai di Papua adalah kata-kata kosong punya isi dengan kedatangan Panglima di Papua tidak akan merubah niat perjuangan Orang Asli Papua untuk Merdeka.
Sekalipun Panglima katakan bahwa TNI merubah cara pendekatan itu bukan jaminan untuk ada damai di Papua. Karena konflik Papua akan berakhir apa bila Jakarta membuka diri seperti yang pernah dibuat oleh J.B. Habibie kepada Timortimur 1999 dan setelah itu Timortimur tidak ada Konflik lagi sampai sekarang.
“Saya tahu hal ini tidak mudah tapi kalau supaya ada damai di Papua-Indonesia maka bagian itu perlu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Indonesia. Demikian catatan saya. (**)