MANOKWARI PB, Monitorpapua.com – Ratusan warga nelayan beserta aktivis Parjal , dan sahabat polisi, berunjuk rasa di kantor Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Manokwari, Papua Barat, dengan teriakkan penuh amarah kami akan bakar gedung tersebut kerena lama menjumpai warga nelayan yang melakukan aksi demo di depan kantor perikanan dan kelautan kabupaten Manokwari, karna lama menjumpai warga nelayan yang melakukan aksi demo, Senin (13/11/2023).
“Parapendemo warga nelayan meminta kepala dinas , keluarbertemu dengan kami, atau tidak kami akan bakar dan palang kantor dinas perikana dankelautan seru warga nelayan manaokwari yang melakukan aksi demo warga nelayan.
Ada salah satu staf dinas perikanan menginformasikan bahwa atasannya dalam perjalanan menuju kantor untuk menemui para nelayan. Selang beberapa menit, Kepala Dishub Kelautan dan Perikanan Yohanes Mandacan hadir menemui massa di pintu utama kantor .
“Dan penyampaian aspirasi Bapak-bapak akan kami sampaikan kepada pimpinan, selanjutnya akan surati pemerintah pusat,” kata Yohanes Mandacan di depan pendemo.
Namun massa nelayan yang melakukan aksi demo merasa tidak puas dengan jawaban atau stekmen dari kepala dinas Yohanes Mandacan. Dan warga nelayan Mereka menyambut dengan teriak sampai kapan harus menunggu. Sebab, selama ini mata pencaharian mereka diganggu oleh kapal nelayan yang berukuran 30 GT dari luar.
Jalil Lambare,sebagai orator menyerukan agar massa nelaya yang melakukan aksi demo tenang dan meminta tidak melakukan tindakan anarkistis. “Saya harap semua tenang kita ke sini untuk tujuan penyampaian aspirasi. Kita harus dengar penjelasan dari Dinas,” kata Jalil.
Warga Nelayan di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, selama beberapa bulan terakhir mengalami kesulitan mencari ikan di wilayah mereka sendiri karena kehadiran sejumlah kapal dengan kapasitas 30 GT yang beroperasi dengan menggunakan jaring diduga pukat harimau.
“Kapal-kapal nelayan itu berada di 12 mil lepas pantai Manokwari, mereka membuang jaring di dekat rumpon-rumpon nelayan sehingga ikan-ikan kecil terbawa oleh jaring mereka selama ini, diduga mereka pakai jaring pukat harimau,” kata Frans, salah satu nelayan.
Dia mengatakan sebagai nelayan orang asli Papua, ia merasa terganggu dengan kehadiran kapal dari luar karena menyebabkan hasil tangkapan mereka berkurang.
“Kapal nelayan ini kan masuk dengan alasan mendapat izin dari pemerintah, saat kita demo di pemerintah mereka beralasan bahwa izin dikeluarkan dari pemerintah pusat,” kata Frans.
Kordinator aksi, Ronald Mambieuw, meminta pemerintah agar tidak bersikap diam terhadap persoalan yang dihadapi nelayan. Sebab, menurut dia, berdasarkan data yang diperolehnya, para nelayan dari luar mengantongi izin di daerah lain tetapi masuk mencari ikan di perairan Manokwari
“Pemerintah harus ambil sikap tegas sebab nelayan kita ini punya penghasilan menurun dartis bahkan hanya sekadar beli BBM tidak bisa, padahal nelayan dari luar mendapat izin dari daerah lain dan bayar pajak di daerah lain tetapi mencari ikan dengan kapal berkapasitas 30 GT di perairan Manokwari,” kata salah satu nelayan yang melakukan aksi demo.
Setelah menyampaikan aspirasinya, massa nelayan kemudian membubarkan diri. Mereka mengancam akan memblokade gudang milik perusahan yang memasukan kapal-kapal dari luar. (Stevi Fun)