“Kita Cinta Papua adalah Kata Putus Asa dari Pemerintah Indonesia yang diwakili Menteri Agama Fachrul Razi” Penulis: Pastor Izaak Bame, Pr
SORONG, Monitorpapua.com – Kunjungan Menteri Agama Fachrul Razi di Provinsi Papua dan Papua Barat adalah hal yang biasa bukan hal yang luar biasa karena mengunjungi Rakyat adalah salah satu tugas dari Pemerintah untuk menunjukkan kedekatan dan kecintaannya pada Rakyat Indonesia yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat, Jumat 4 September 2020
Saya merasa kunjungan yang amat biasa ini jangan dibumbui dengan kata-kata indah seperti “Kita Cinta Papua”. Dari sisi kata dapat dimaknai bahwa seakan-akan Pemerintah Republik Indonesia baru mencintai Rakyat Asli Papua pada tahun 2020 dan sejak tahun 1963 sampai 2019 ada Kebencian dan Permusuhan yang besar kepada rakyat asli Papua.
Hal lain yang perlu dicermati lebih jauh mengapa baru sekarang pada tahun 2020 barulah keluar kata “Kita Cinta Papua” dari mulut seorang Menteri sebagai perpanjangan tangan Presiden.
Sebenarnya sebagai Presiden mencintai seluruh Rakyatnya kok hal itu tidak terjadi sejak 1963-2019 baru diungkapkan tahun 2020 sebenarnya ada apa di balik ungkapan ini ?
Saya sebagai Pastor dan anak Asli Papua melihat bahwa kata-kata ini merupakan “Rayuan gombal bagi saya dan saudara-saudara saya yang hitam dan keriting yang selama ini dilupakan oleh Presiden RI mulai dari Ir. Soekarno 1963 sampai Ir.Joko Widodo periode 2014-2019.
Mulai tahun 2020 semacam ada kesadaran baru bagi Presiden Republik Indonedia lewat bawahannya Menteri Agama sehingga terungkap kata indah “Kita Cinta Papua”.
Dari uraian di atas, saya Pastor Izaak Bame, Pr, mau sampaikan beberapa hal kepada Presiden Republik Indonesia terkait ungkapan kata “Kita Cinta Papua”.
Pertama, sepertinya Presiden Republik Indonesia baru sadar bahwa selama ini Rakyat Asli Papua belum mendapat Cinta dari Pemerintah Indonesia.
Kedua, Rakyat Asli Papua tidak heran karena sejak perebutan Irian Barat ke Pangkuan Republik Indonesia bukan atas dasar cinta kepada Manusia Papua tetapi karena kekayaan alamnya terutama Freeport, Pertamina Sorong dan LG Tangguh Babo-Bintuni sehingga unsur kemanusian dilupakan.
Ketiga, Ungkapan “Kita Cinta Papua” muncul sebagai upaya Presiden Republik Indonesia untuk meyakinkan Rakyat Asli Papua maupun dunia Internasional terhadap isu pelanggaran HAM yang terjadi di Tanah Papua setiap hari.
Keempat, Presiden Republik Indonesia bersama jajarannya sudah tidak ada akal sehat lagi untuk meyakinkan Rakyat Asli Papua bahwa Pemerintah Indonesia itu Pemerintah yang menjalankan Pemerintah berlandaskan Cinta. Pada hal fakta membuktikan terjadi kekerasan di Tanah Papua.
Bukti nyata, baru satu Minggu lalu seorang pemuda Asli Papua mati di tangan Polisi Polres Sorong kota seakan-akan pemuda ini tidak lebih dari seekor tikus yang harus dibasmi karena telah menganggu ketenangan manusia.
Akhirnya satu pesan buat Presiden Republik Indonesia apapun yang Presiden buat sekarang ini bagi rakyat asli Papua tidak akan menghapus derita, luka, sakit hati, yang sudah berakar dalam hati rakyat asli Papua. Jangan pernah percaya DPR RI utusan Papua dan Papua Barat, DPD, apalagi Gubernur karena mereka sesungguhnya belum mendengar baik jeritan rakyat kecil. (Salam dan Doa Pastor Izaak Bame, Pr).