‘Pakaian Khusus’ Komunitas Santa Teresa Kalkuta YohPem

0
69
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – Hujan deras mengguyur kota Sorong, membuat sejumlah ibu-ibu komunitas Santa Teresa Kalkuta harus berjalan menuju tempat perayaan misa kudus, 4 kilometer dari pusat Paroki Santo Yohanes Pembaptis (Yoh Pem). Komunitas ini benar-benar menghayati spiritualitas Santa Teresa dari Kalkuta Bunda Teresa, Mother Teresa, Ibu kaum miskin, Rabu (6/7).

Ada yang berjalan kaki juga mengendarai roda dua. Jalan berkelok-kelok dan banyak genangan air tak menghambat Komunitas ini menampakkan semangat Santa Teresa Kalkuta, seorang penuh cinta kasih, seorang kudus di abad modern ini. Terbukti Komunitas ini, berkumpul merayakan Ekaristi Kudus bersama Pastor Yap, OSA.

Hadir dalam pelayanan ini, Pastor Yap, OSA dari Ordo Santo Agustinus mengajak komunitas ini agar menghayati semangat hidup Santa Teresa Kalkuta. Santa Teresa yang berkarya dari India, melayani mereka yang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sambil membimbing ekspansi Konggregasi Misionaris Cinta Kasih dari India ke seluruh dunia.

Pakaian yang dipakai Ibu-Ibu itu (lihat foto) bukan pakaian Biara Santa Teresa tetapi pakaian khusus saat hujan dikenal jas hujan warna warni juga dipakai Santa Teresa dalam menjalankan 610 misi di 123 negara, ia juga menjalankan berbagai karya amal seperti Panti jompo, Rumah penampungan para penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah di saat hujan deras.

Ibu Teresa mewariskan teladan iman Kristiani yang kokoh, harapan yang tak kunjung padam, dan cinta kasih yang luar biasa. Ia menghayati pesan-pesan Injil dan melaksanakan dalam karya kerasulannya yang kini dihayati komunitas Ibu-Ibu Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman.

Dalam khotbah Pastor Yap OSA, menjelaskan, Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka. Injil Matius 10:1-7. Kisah panggilan duabelas (12) murid atau rasul mengingatkan kita panggilan menjadi Kristen.

Undangan dan tawaran dari Allah itu membutuhkan jawaban dan tanggapan dari manusia. Bukan kehendak manusia yang mau tetapi karena undangan dan tawaran dari Tuhan.

Keduabelas murid yang dipanggil dan dipilih Tuhan kesemuanya adalah nelayan atau pencari ikan, orang-orang sederhana, bukan para ahli kitab atau kaum intelektual.

Tuhan memberi kuasa kepada mereka mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan penyakit. Melalui sakramen baptis jiwa kita dikuduskan. Kita pun memiliki tugas untuk melawan kuasa dan kehendak jahat baik dalam diri maupun dari

Ibu Teresa mewariskan teladan iman Kristiani yang kokoh, harapan yang tak kunjung padam, dan cinta kasih yang luar biasa. Jawabannya atas panggilan Yesus, “Mari, jadilah cahaya bagi-Ku,” menjadikannya sebagai seorang Misionaris Cinta Kasih, seorang “ibu bagi kaum miskin” dan sebagai simbol cinta kasih kristiani di dunia ini.

“Marilah kita tekuni panggilan hidup kita masing-masing sambil mempercayakan Kesungguhan hati kita kepada Tuhan.
Usai Misa Kudus, cuaca pun berubah. Hujan kembali deras. Ibu-Ibu mengenakan ‘pakaian khusus’ ini. (Siska Gurning)

Berikan Komentar

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.