
SORONG, Monitorpapua.com – Pastor Zepto Triffon Pollii, Pastor Katolik dari Keuskupan Manokwari Sorong diundang Bimas Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Sorong, Kanwil Papua Barat sebagai Narasumber memberikan materi terkait pembinaan bimbingan keluarga Katolik dihadiri Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Sorong, Rofiul Amri, M.Pd.I., yang telah membuka secara resmi Pelaksanaan Pembinaan Bimbingan Keluarga Katolik di Aula Paroki Emaus HBM Kota Sorong, didampingi Kepala Seksi Bimas Katolik Ledy Yuliet Yudit Ohoilulin dan Kasubag TU Kantor Kemenag Kota Sorong, Agustinus Kombubui, SH.
Juga dihadiri para Kepala Seksi dan Penyelenggara Kantor Kemenag Kota Sorong, termasuk para ASN dan PPNPN Bimas Katolik serta seluruh peserta pasangan suami isteri dari paroki-paroki yang ada di Kota Sorong bertempat di Aula Paroki Emaus HBM, Selasa, 21 Mei 2024.
RD. Zepto Triffon Pollii, mengajak para peserta untuk melihat “tangki cinta” yang perlu diisi setiap waktu seperti sentuhan hati, ungkapan cinta dan perbuatan bagi bagi pasangannya sehingga saldo cinta semakin bertambah bak menabung uang di Bank.
Terkait “tangki cinta” yang berisi nilai-nilai spiritual maka hakekat perkawinan Katolik mampu dihayati dengan baik oleh pasangan suami isteri, pertama menghasilkan dan mendidik anak, kedua saling membantu dan mengisi di dalam cinta dan ketiga unitas (monogam) dan indissolubilitas (tak terputuskan. Ketiga dimensi ini merupakan dimensi interna dalam kehidupan perkawinan.
“Pasangan suami-isteri Katolik perlu memahami, menghayati dan merealisasikan ketiga hakekat itu.
Sebab, hakekatnya tercipta kesejahteraan dalam hidup rumah tangga ditentukan oleh penghayatan dan realisasi ketiga hakekat itu dalam kehidupan perkawinan suci.
Diharapkan pasangan suami-isteri Katolik dapat menampilkan wajah sejahtera, bahagia dan hidup harmonis dalam rumah tangga dan dalam hidup bermasyarakat sepanjang hayat dan peduli, memberikan perhatian melihat jatidirinya selama hidup berkeluarga.
Menurut Narasumber RD. Zepto Triffon Pollii, Pasangan suami-isteri harus memiliki kepekaan sosial.
Artinya, kata RD.Zepto tujuan perkawinan Katolik menghasilkan dan memeilhara keturunan, perkawinan juga merupakan wujud menaati perintah Tuhan untuk bersatu dan saling mengasihi. Agama Katolik mengajarkan perkawinan adalah salah satu sakramen suci yang tak boleh diingkari.
Saat umat Katolik menikah, mereka harus berjanji untuk hidup dan saling mengasihi selamanya tanpa mengkhianati janji suci. Maka penting bagi pasangan untuk mengetahui apa tujuan perkawinan dalam agama Katolik. Tentu, “saldo suami isteri” akan bertambah bila memiliki sifat dan sikap dalam menghayati sakramen perkawinan yakni selalu berkomunikasi, rasa saling percaya, saling menghargai, setia selamanya dan saling mendoakan, saling memahami, memaafkan satu sama lain.
“Mari mengintrospeksi diri dan memulai perbaiki diri agar hubungan semakin harmonis dan terjaga kebersamaannya, karena dibalik orangtua yang bahagia ada anak yang luar biasa tumbuh dengan kebahagiaan,” ajak Pastor Paroki Sto. Albertus Agung Teminabuan. RD. Zeptto Triffon Polii memberikan waktu berdiskusi dengan peserta
‘Apa tujuan hidup berkeluarga?
RD Zepto menjelaskan Pertama, pasangan suami isteri harus menghayati “Bonum Coniugum” yakni memperjuangkan segala kebaikan bagi pasangan. Perkawinan dalam Gereja Katolik merupakan sebuah perjanjian (feodus) perkawinan yang dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri koderanya terarah pada kesejahteraan suami isteri (bonum coniugum).
Kedua Bonum Prolis yakni melahirkan dan mendidik anak-anak. Ketiga Bonum Religiouum yakni mengupayakan kebaikan hidup beragama. Dan terakhir, Bonum Societatem artinya, berhimpul dan berdoa bersama dalam keluarga.
Pastor Triffon Pollii menjelaskan sejak awal bumi diciptakan, Allah menjadikan laki-laki dan perempuan untuk bersatu dalam perkawinan Katolik.
Perkawinan yang dimaksud bukan hanya mereka bisa menjadi pasangan bagi satu sama lain tetapi juga mengisi bumi, menguasai bumi untuk hidup bersama pasangannya, membesarkan anak-anak dan saling membantu, setia satu laki-laki dan satu perempuan
Ajaran Gereja Katolik memiliki ikatan perkawinan yang tak terpisahkan membantu menumbuhkan cinta di tengah keluarga dan merawat cinta kasih. Perkawinan juga menjadi ruang untuk lebih menghargai satu sama lain, tidak hanya untuk memiliki keturunan tetapi juga membangun persahabatan sejati.
Akhirnya, Pastor Zepto memberikan kesaksian hidupnya pernah berkunjung ke salah satu Gereja Katolik di India dan Afrika untuk melihat makam Santo Thomas, Rasul Yesus Kristus. “Ada Persahabatan kuat antar suami dan isteri karena mereka dipersatukan tidak hanya dalam tindakan persatuan daging. Suami isteri juga menghasilkan ikatan yang saling membantu dalam membangun rumah tangga,” demikian pesan dari Santo Thomas, Rasul Yesus Kristus.
Zepto juga menjelaskan bagaimana “Pasangan suami-isteri bermoderasi hidup berkeluarga”.
Ingat, Sakramen Perkawinan Katolik mewajibkan keluarga Katolik untuk hidup bermoderasi. Keluarga adalah bentuk gereja dalam ranah domestic.
Jadi pernikahan adalah membangun gereja dalam keluarga. Rumah tangga merupakan bagian kecil dari Tubuh Kristus yang dikorbankan untuk menebus dosa manusia, maka diminta pasangan suami isteri untuk terus menebarkan Cinta Kasih di tengah keluarga maka, Pasutri bermoderasi bisa hidup Beragama dengan Agama Lain,” tutup Pastor Zepto Triffon Pollii. (Laurent Reresi)