Permainan Rakyat Suku Malind Hadir di Kelas: Universitas Musamus Wujudkan Pembelajaran yang Bermakna di SD Yanggandur

77
Permainan Rakyat Suku Malind Hadir di Kelas: Universitas Musamus Wujudkan Pembelajaran yang Bermakna di SD Yanggandur
Permainan Rakyat Suku Malind Hadir di Kelas: Universitas Musamus Wujudkan Pembelajaran yang Bermakna di SD Yanggandur
- Iklan Berita 1 -

 Penulis :

Bernadetha Rizki Kaize, M.Pd.

Novi Indriyani, M.Pd.

Syahfitriani Br Ginting, S.Pd., M.Pd.

MERAUKE, Monitorpapua.com. – Suasana riuh penuh tawa terdengar di halaman SD YPPK St. Fransiskus Xaverius Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke. Para siswa tampak antusias membidik sasaran dengan busur panah. Bukan sedang berlomba, melainkan belajar! Inilah cara baru yang diperkenalkan tim dosen Universitas Musamus dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertema “Pembelajaran Berbasis Permainan Rakyat Suku Malind untuk Mewujudkan Meaningful Learning.”

Para siswa tampak antusias membidik sasaran dengan busur panah. Bukan sedang berlomba,
Para siswa tampak antusias membidik sasaran dengan busur panah. Bukan sedang berlomba,

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, BIMA Kemdikbudristek 2025, yang bertujuan menghidupkan kembali permainan rakyat sebagai sarana belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna. Tim dosen percaya bahwa kearifan lokal memiliki potensi besar untuk membuat pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan dekat dengan kehidupan anak-anak Papua.

Sebelum mengimplementasikan permainan rakyat ke dalam pembelajaran, tim lebih dahulu menggelar dua workshop untuk para guru sekolah dasar. Workshop pertama bertema “Pembelajaran Menyenangkan” mengajak para pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan partisipatif melalui aktivitas bermain. Sementara workshop kedua bertema “Meaningful Learning” menekankan pentingnya mengaitkan materi ajar dengan pengalaman nyata siswa agar pembelajaran tidak sekadar hafalan, tetapi menyentuh aspek pemahaman dan makna.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, BIMA Kemdikbudristek 2025
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, BIMA Kemdikbudristek 2025

Puncak kegiatan ini adalah ketika tim pengabdian bersama guru dan siswa mengimplementasikan permainan rakyat Suku Malind di ruang belajar. Permainan Tutulena (panahan tradisional) dijadikan media dalam pembelajaran IPA kelas 4, untuk mengajarkan konsep gaya, arah, dan energi. Anak-anak belajar sambil membidik sasaran, merasakan langsung gaya dorong dan arah gerak yang selama ini hanya mereka lihat di buku teks. Tak kalah seru, permainan Nenek Napet digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui kegiatan bermain peran untuk melatih kemampuan berbicara serta Matematika untuk melatih kemampuan berhitung dan logika sederhana. Setiap tawa, teriakan semangat, dan kerja sama antar siswa menjadi bukti bahwa belajar bisa benar-benar menyenangkan tanpa meninggalkan nilai budaya.

Ketua Tim Pengabdian, Ibu Bernadetha Rizki Kaize, M.Pd. menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya soal metode belajar baru, tetapi juga bagian dari upaya melestarikan budaya lokal agar tetap hidup di tengah generasi muda.

“Kami ingin menegaskan bahwa permainan rakyat bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana edukatif yang penuh makna. Melalui kegiatan ini, kami berharap anak-anak dapat belajar dengan gembira, memahami konsep pelajaran secara mendalam, dan bangga terhadap budayanya sendiri,” ujarnya.

Respons positif juga datang dari para guru yang mengikuti kegiatan tersebut. Kepala SD YPPK St. Fransiskus Xaverius Yanggandur, Ibu Regina Wermasubun, S.Ag. Gr., mengaku terinspirasi oleh pendekatan yang digunakan tim Universitas Musamus.

“Biasanya anak-anak cepat bosan kalau belajar teori saja. Tapi saat mereka diajak bermain sambil belajar, mereka jadi aktif dan semangat. Kami juga jadi belajar bagaimana memasukkan unsur budaya dalam pembelajaran sehari-hari,” tuturnya.

Puncak kegiatan ini adalah ketika tim pengabdian bersama guru dan siswa mengimplementasikan permainan rakyat Suku Malind di ruang belajar
Puncak kegiatan ini adalah ketika tim pengabdian bersama guru dan siswa mengimplementasikan permainan rakyat Suku Malind di ruang belajar

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran bisa dihidupkan melalui akar budaya sendiri. Anak-anak Yanggandur tidak hanya memahami pelajaran dengan cara baru, tetapi juga merasakan kebahagiaan belajar melalui permainan yang diwariskan leluhur mereka.

Dengan kegiatan ini, Universitas Musamus menunjukkan komitmen nyata dalam mengembangkan inovasi pendidikan berbasis budaya lokal yang sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. Pendekatan ini membuka ruang bagi guru dan siswa untuk belajar dengan hati, bermain dengan makna, dan tumbuh dengan identitas budayanya sendiri. (*)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini