
Papua Barat Daya, Monitorpapua.com Redaksi menerima surat dari seorang tokoh agama yang sangat prihatin dengan kemanusiaan di Tanah Papua
Kepada Yang Terhormat para Pejuang Papua Merdeka di mana pun berada. Melalui surat ini saya ingin menyampaikan pikiran saya yang perlu diperhatikan dan dihayati dengan baik oleh seluruh pejuang Papua Merdeka, terutama yang berada di dalam Negeri dari Sorong sampai Merauke.
Saya Pastor Izaak Bame, mengikuti berita akhir -akhir ini angat memprihatinkan kita semua sebagai Manusia Papua Indonesia. Pasalnya, tindakan para pejuang kurang mengedepankan aspek “kemanusiaan”.
Kita boleh berjuang dan beda pandangan sebagai manusia dalam memperjuangkan” Hak” tapi jangan pernah lupa bahwa “kewajiban” perlu kita kedepankan. Perjuangan Papua Merdeka tidak harus membunuh Manusia lain, karena tujuan perjuangan Papua Merdeka adalah “Demi tegaknya Martabat Manusia”.
“Terkait hal itu, saya berharap para pemimpin kodap-kodap seluruh Tanah Papua supaya mengedepankan perjuangan yang menghormati Martabat Manusia. Kalau tidak, maka sia-sialah perjuangan ini,” tegas RD. Izaak Bame..
“Saya sangat prihatin dengan apa yang terjadi pada hari-hari ini dimana para Pendulang emas yang dibunuh dengan sangat sadis yang meninggalkan luka amat dalam bagi keluarga mereka. Selama ini kita Manusia Papua marah kepada TNI-Polri yang melakukan hal yang salah yaitu menembak masyarakat sipil tanpa proses Hukum, namun hal yang sama dilakukan oleh kita sebagai pejuang penegakan martabat manusia di tanah Papua,” papar tokoh agama ini.
Menurut saya (RD.Izaak Bame) perjuangan Papua Merdeka harus mendapat simpati dari seluruh elemen masyarakat Indonesia dan masyarakat Internasional tetapi kalau dengan cara membunuh manusia apalah artinya kita berjuang. Kita tidak beda dengan kelompok Preman di terminal yang memacok siapa saja yang tidak mau mengikuti kehendak mereka. Bila ada oknum-oknum yang dicurigai sebagai mata- mata Indonesia kenapa tidak disandra saja supaya memastikan informasi kalau mereka dibunuh maka kedua belah pihak berada pada posisi saling mempersalahkan dan saling membenarkan tanpa satu kebenaran yang memenuhi standar hukum, kepada Pihak TNI-Polri,
Saya ingin sampaikan satu hal kalau memang bertugas untuk menumpaskan perjuangan Papua merdeka, pasti tidak mungkin dengan cara menyamar-menyamar sebab sudah lama orang Papua mengikuti TNI-Polri dengan banyak cara untuk membatasi ruang gerak perjuangan Papua Merdeka. Karena itu setiap manusia bukan Papua yang muncul di tempat-tempat lawan konflik dengan leluasa sangat memperkuat pikiran yang sudah ada bahwa setiap Manusia bukan Papua musuh dan harus dibunuh, siapa yang salah? Kita tidak dapat temukan jawaban, yang ada hanyalah penyesalan.

Oleh karena itu kepada Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo yang terhormat apakah tidak ada pikiran untuk menyelesaikan konflik Papua yang berkepanjangan ini ataukah Presiden membiarkan saja TNI-POLRI membunuh manusia Papua dan TPN-OPM membunuh manusia seperti yang terjadi selama ini ? Ataukah demi NKRI harga mati maka membiarkan manusia saling membunuh?
Bisakah belajar jejak dari Presiden B.J.Habibi, yang dengan jiwa besar memberi ruang kepada masyarakat Timor-Timur untuk melakukan jajak pendapat pada tahun 1999 dan sekarang mereka menjadi sahabat yang baik bagi Indonesia. Kiranya tulisan ini boleh menjadi bahan permenungan kita bersama sebagai bangsa, baik sebagai bangsa Papua maupun Bangsa Indonesia (RD. Izaak Bame, Red*)