Risma Sinambela: Datang dan Lihatlah Kebersamaan Santa Theresia d’Kalkuta di Pulau Buaya

149
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – Ketua Komunitas ibu-Ibu Santa Theresia dari Kalkuta, Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman Kota Sorong, Ny. Risma Sinambela menegaskan Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke 55 menjadi momentum bernilai bagi komunitas Ibu-Ibu Santa Theresia d’Kalkuta, Kota Sorong Papua Barat untuk mengimplementasikan nilai-nilai kebenaran dalam berkomunikasi dan berkomunitas.

Hal ini ucap Ny. Sinambela, sebagaimana yang tertuang dalam undangan untuk “Datang dan Melihat”, yang menyertai perjumpaan-perjumpaan awal yang menyentuh antara Yesus dan murid-muridNya, merupakan metode setiap komunikasi manusiawi yang
otentik. Maka Komunitas Ibu-Ibu Paroki juga terus belajar melakukan banyak kegiatan untuk bertemu dengan Yesus sebagai Tokoh Utama dan sesama.

Demikian disampaikan Ketua Ibu-Ibu Santa Theresia kepada Komunitas ini saat berjumpa di Pulau Buaya Sorong sebagai tempat Wisata Bahari dan Wisata Rohani yang sangat mempesona hati. Dikatakan, Ny. Risma Sinambela “Datang dan Lihatlah” Kebersamaan Ibu-Ibu Santa Theresia d’Kalkuta di Pulau Buaya dalam menyambut Hari Komunikasi Sosial Sedunia. “Kami mengadakan wisata rohani sekaligus wisata bahari untuk bisa mewujudkan pesan Paus Fransiskus pada hari Komunikasi Sosial sedunia,” terang Ny.Risma suami dari Hendrik Lumban Batu.

“Kegiatan wisata rohani di Pulau Buaya adalah Membaca Kitab Suci, Merenungkannya serta berdoa Rosario dan Novena Roh Kudus bersama Ibu-Ibu yang berwisata. Ada juga kegiatan hiburan lainnya yakni “bergoyang Yospan”, karoke, berenang dan menikmati alam sekitarnya. Misa pagi sudah kami lakukan di Paroki Santo Yohanes Pembaptis. Sedangkan Devosi kepada Bunda Maria dalam bentuk Ibadah Rosario dipimpin Katekis Ny Mery Matande” ucap Risma.

Menurut Komunitas Ibu-Ibu Paroki, Pulau Buaya merupakan salah satu tempat wisata rohani dan bahari karena letaknya tidak jauh dari kota Sorong, pulau ini terpisah dari kota Sorong, menyenangkan dan mempesona. Pulau ini diberi nama “Pulau Buaya” karena memiliki bentuk menyerupai buaya.

Juga kata mereka, Pulau buaya mempunyai wisata bahari yang sangat mempesona, air laut masih jernih dan sangat bersih. Selain itu, Pulau ini memiliki pasir putih dikelilingi pepohonan. Pulau ini berpenduduk asli yang seharian menjadi nelayan. Menuju pulau buaya harus menggunakan perahu speadboat dari pelabuhan Sorong. Akses menuju Pulau Buaya harus menyewa speadboad karena belum tersedia angkutan umum kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Tarif biaya menyewa kapal yaitu sekitar Rp.500.000-Rp.750.000 dan waktu yang ditempuh sekitar 30 menit dari pelabuhan Sorong.

Ketua Ny. Risma Sinambela mengatakan Komunitas Ibu-Ibu Santa Theresia sangat bersyukur kepada Tuhan atas penyelenggaraan Tuhan sehingga selama kegiatan wisata rohani dan bahari semua dapat berjalan dengan baik karena perlindungan Yang Mahakuasa. Kegiattan ini juga mendapat dukungan dari Pastor Paroki dan Dewan Pastoral Paroki, para suami dan anak-anak sehingga Ibu-ibu bisa berjumpa dengan Tuhan dan sesama di tempat wisata.

“Amat menyenangkan. Laut masih bersih, jernih dan jauh dari pencemaran lingkungan. Sepanjang hamparan pantai terdapat sebagian besar di kelilingi oleh pepohonan kelapa. Pasir pantainya yang lembut dan hawa sejuk membuat ibu-ibu terus bergoyang Yosin Pancar (Yospan). Di Pulau Buaya ini ada pemukiman penduduknya, namun tidak banyak dan mendominasi pulau ini, kami bertemu dengan beberapa penduduk dari berkomunikasi dengan mereka mewujudkan pesan Paus Fransiskus “Datang dan Lihatlah,” ucap komunitas Ibu-Ibu Santa Theresia dari Kalkuta. (Sartika Siska Gurning/MP)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini