

SORONG, Monitorpapua.com. – Pemerhati Masyarakat Kecil dan Lemah Orang Asli Papua (OAP) RD. Izaak Bame, mengirim surat terbuka kepada saudar-saudari Orang Asli Papua (OAP) yang sedang berjuang mencari kerja di Pemerintahan Papua Barat Daya. Surat yang diterima Redaksi demikian,
Kepada Yth. Para Pencari Kerja (Pencaker) di Provinsi Papua Barat Daya
di Tempat.
Salam Damai Kristus menyertai hidup kita dari hari lepas hari. Izinkan saya (RD. Izaak Bame -red) menyampaikan pendapat terkait dengan situasi yang Pencaker Asli Papua alami saat ini di atas tanah leluhur kita.
Pendapat saya sebagai berikut: Pertama, kepada adik-adikku “Pencaker” Orang Asli Papua” perlu sadar bahwa mencari kerja di Kantor Pemerintah itu baik, tapi bukan satu-satunya pekerjaan, sehingga ketika tidak lulus atau lulus namun jumlah tidak sesuai prosentase lalu “Pencaker OAP” marah.
“Saya berpendapat tidak perlu sebenarnya, sekarang Pencaker OAP mau marah sama siapa? Pencaker OAP Papua perlu sadar bahwa kita semua dalam “Aquarium Indonesia”. Bangsa terjajah tidak akan pernah mendapat segala hak melebihi bangsa penjajah,” kata Izaak Bame.
Kedua, Pencaker OAP perlu sadar bahwa susah mencari lapangan kerja yang layak seperti kantor-kantor Pemerintah itu sudah banyak dirasakan oleh para saudara kira Pencaker Nusantara. Maka ketika peluang itu terbuka pasti mereka diberi kesempatan lebih dahulu karena NKRI adalah milik mereka bukan milik OAP.
Ketiga, Pencaker OAP, perlu tahu dan sadar bahwa Pemekaran di Papua adalah bisnis penguasaan dan pemusnahan bagi OAP, dengan cara menguasai lapangan kerja oleh para pencaker nusantara, sehingga OAP dimiskinkan dan kemudian tersingkir dengan sendirinya di atas tanah leluhur kita.
Keempat, Bagi Pencaker OAP berhenti “marah” dan “demo” karena tidak ada manfaat yang Pencaker OAP dapat, lalu apa yang perlu dibuat ?
Yang perlu dibuat oleh Pencaker OAP adalah ubah cara pikir kita tentang pekerjaan sehingga kita OAP tidak demo dan marah setiap saat, setelah mengikut test CPNS di kantor Pemerintah Propinsi-Kabupaten-Kota.
“Mari merubah cara melihat nilai pekerjaan sehingga Pencaker OAP, ketika tidak lulus test ya dianggap hal biasa, kerja apa saja bisa, karena setiap pekerjaan pasti mempunyai manfaat untuk yang bekerja dengan sepenuh hati,” ajak Pemerhati Sosial.
Kelima, Argumen-argumen yang selama ini kita pakai untuk tuntut “hak” di atas tanah leluhur kita sudah tidak laku lagi. Siapa yang buat tidak laku? Jawabannya silahkan tanya pada rumput yang bergoyang maka Pencaker OAP akan menemukan jawaban.
Perlu OAP ingat Provinsi, kabupaten, kota yang ada di Papua bukan milik OAP tapi itu milik Presiden, Wakil, Presiden, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung dan para Konglomerat.
“Pencaker OAP jangan pernah berharap bahwa hadirnya daerah Otonomi Baru membawa perubahan pada OAP. Itu lahan kerja para Imigran Nusantara, walaupun mereka juga tidak semua, tapi yang pasti merekalah yang mendapat lebih banyak, contoh kecil ketika pemekaran Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan, Raja Ampat, dan Kota Sorong yang menguasai Transportasi Darat, Laut, Bandara, warung dan kios bukan OAP,” terang Izaak Bame.
Artinya, kata Izaak Bame, Pemerhati Sosial, ketika pemekaran Daerah Otonomi Baru di Papua pasti bukan membawa manfaat bagi OAP. Karena itu jangan demam minta Pemekaran
Keenam, Tidak ada cara lain untuk bisa mengalahkan Praktek itu. Kecuali kita OAP bersatu dan mau bekerja apa saja. Hilangkan cara-cara kita yang tidak membawa manfaat untuk hidup kita. Demikian pendapat saya, silahkan mau baca boleh, tidak juga tidak apa. Salam Pastor Izaak Bame, Pr. Pemerhati. (*)