Laurentius Reresi, Mimbar Agama Katolik
SORONG, Monitorpapua.com.-Setiap orang pasti melakukan aktivitas dalam hidupnya. Semua aktivitas dan rangkaian kehidupan manusia terjadi dan mengalir dalam waktu. Tentu, waktu terus berputar, terjadi perubahan membuat manusia tidak menyadari betapa pentingnya satu detik berdiam diri di hadapan Allah. Pada hal ada waktu pribadi, yaitu waktu yang digunakan seseorang secara pribadi. Ada juga waktu untuk keluarga, yaitu waktu yang digunakan bersama dengan keluarga. Selain itu, ada juga waktu untuk sesama yang bisa diukur lewat pekerjaan dan status kita masing-masing, yang tentu mengkondisikan kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Sebagai orang Kristiani, kita dianugerahi waktu ideal yaitu waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Bacaan Injil: Lukas 9:28b-36
Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Luk.9:28-35)
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Transfigurasi Yesus. Gereja merayakan pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Kisah Transfigurasi atau Yesus dimuliakan di atas gunung menggugah hati kita untuk datang lebih dekat lagi melihat Yesus berubah rupa seperti disaksikan Musa dan Elia yang ada bersama-Nya. Ternyata, tugas berat ini harus diemban-Nya, menuntaskan perutusan-Nya menuju Yerusalem tempat sengsara dan wafat-Nya.
Dengan demikian, Yesus mengajak para murid yakni, Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk bersama-sama menggunakan waktu mereka supaya bisa berjumpa dan mengalami kehadiran Tuhan. Mereka diajak naik ke sebuah gunung yang tinggi, meninggalkan segala kesibukan duniawi, mencari waktu, tempat dan suasana baru yang tenang, damai, segar, sejuk dan jauh dari keramaian dunia. Mereka akhirnya merasakan pengalaman rohani bersama Tuhan. Perjumpaan yang membuat mereka merasa sangat bahagia bersama dengan Tuhan. Mereka bisa menimbah kekuatan, kedamaian, kesegaran dan kekayaan rohani yang tidak ditemukan dalam kesibukan duniawi
Namun, peristiwa Transfigurasi ini terlewat begitu saja dari Petrus, Yakobus dan Yohanes. Mereka bertiga tertidur. Peristiwa tertidurnya Petrus dan teman-temannya menggambarkan bahwa mereka kurang setia dan tak memiliki jiwa bermatiraga. Mereka mudah kalah dengan tantangan dan putus asa dengan kesulitan. Mengapa demikian?
Peristiwa pemuliaan di gunung Tabor ini juga menegaskan dua pesan keutamaan. Pertama, Yesus sungguh anak Allah yang dikasihi Bapa. Kedua, perintah kepada para murid agar mendegarkan Dia. “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”(ay.5)
Terang Injil ini mengajak kita untuk bisa memanfaatkan semua waktu yang telah kita miliki dengan bijaksana dan seimbang, baik waktu pribadi maupun waktu bersama keluarga, waktu bersama sesama dan waktu untuk Tuhan agar kita tidak tertidur sebagaimana para murid Tuhan yang merasa nyaman sehingga tidak mau berpindah tempat lagi akhirnya tertidur pulas.
Kini, perintah yang sama tertuju kepada kita di zaman ini. Kita harus mendengarkan Tuhan melalui sabda kudus-Nya dan peristiwa hidup sehari-hari. Mendengarkan tidak sekedar menggunakan telinga tetapi melibatkan kehendak, budi dan hati serta ditindaklanjuti dengan tindakan nyata. Semoga sabda Tuhan yang kita renungkan di hari ini meneguhkan kita dalam melanjutkan hidup dan panggilan kita masing-masing.
Sabda Yesus menyadarkan kita juga yang selalu sibuk dengan pekerjan, dengan masalah hidup yang membuat kita merasa bosan, galau, jenuh, stress, frustasi bahkan depresi untuk mengambil waktu dan jarak dari kesibukan duniawi, kita harus berani dan bijaksana mengambil waktu beristirahat, memulihkan tenaga yang terkuras. Kita perlu menyediakan waktu untuk Tuhan di tengah kesibukan dunia. Hendaknya kita bercermin dari para murid Yesus yang merasa bahagia menimbah kekuatan dan kekayaan rohani karena telah berjumpa dengan Tuhan. “Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah Raja semesta” (*)