SORONG, Monitorpapua.com – Ketua komunitas etnis Tanimbar katolik (KETK) Santo Petrus Remu Sorong, Soter Reresi dalam sambutan HUT KETK ke 1 tahun, mengajak komunitas etnis Tanimbar untuk bersatu hati, membangun komunitas agar komunitas ini dapat berjalan mengikuti setiap perkembangan yang terjadi.
Menurut Soter Reresi, Jika, disimak secara Analogi Manusia, usia 1 tahun adalah usia yang belum matang, usia yang belum produktif, bahkan usia yang masih jauh dari kesempurnaan, masih dalam fase balita, dimana kita harus memerlukan bantuan, pertolongan satu dengan yang lain untuk belajar berjalan.
“Namun bila dilihat dari kacamata Iman Kristiani, kita harus bersyukur bahwa orang-orang yang berada dalam komunitas ini adalah orang-orang yang sudah dewasa dalam hidup beriman dan lebih dari itu sudah mampu berdiri di atas kakinya sendiri alias mandiri,” jelas Soter.
Seiring berjalannya waktu, katanya lagi, berbagai program telah dilaksanakan, dan kita patut memberi apresiasi yang sangat berharga yaitu Ibadah rutinitas Etnis Tanimbar pada setiap Bulan, Mengunjungi Keluarga Etnis Tanimbar dalam suasana duka.
“Paling meriah dan berkesan di hati sanubari kita adalah kita telah tampil dalam event-event besar secara rohaniah, dalam momen Pentahbisan Imam baru di Paroki Arnoldus Janssen dan Paroki Emaus, dengan membawakan lagu-lagu ala Tanimbar dan tarian persembahan dengan berbusana Adat Tanimbar.
Ini menandakan bahwa Komunitas kita walaupun baru beranjak usia 1 tahun, telah mampu berdiri di atas kakinya sendiri untuk berkarya dan bersaksi bagi sesama teristimewa bagi Tuhan kita Yesus Kristus yang kita Imani dalam hidup.
Oleh karena itu, dalam perayaan 1 thn Komunitas Etnis Tanimbar Katolik St. Petrus,
Saya mengajak kita semua untuk meneguhkan kembali semangat persaudaraan sejati, kebersamaan, kekompakan, kerjasama, saling berkomunikasi satu dengan yang lain dalam membangun Komunitas Etnis Tanimbar sebagai Persekutuan dengan Allah Bapa, Allah Putra dan Alah Roh Kudus.
Hendaknya diingat pula bahwa komunitas Etnis Tanimbar bukanlah sekedar suatu perkumpulan manusiawi belaka, melainkan sungguh merupakan suatu “Keluarga Allah” yang sejati di Tanah Rantau.
Sebuah amanah dan kepercayaan yang tidak di sia – siakan untuk melayani Tuhan. Walaupun kita sedikit namun kebersamaan dan kekompakan kita dalam komunitas ini selalu terjaga, sehingga komunitas ini terpangil untuk mengambil bagian dalam karya keagungan Tuhan, “terang ketua KETK (Ren, Sot)