Ibu dan Anak Kuliah di Universitas Berbeda Atasi Tantangan Hidup

258
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – Pendidikan dalam Keluarga dan Pendidikan di Perguruan Tinggi menjadi Kunci Keberhasilan Ibu dan Anak dalam mengatasi tantangan hidup bukan lah sebuah slogan bagi Ibu Lidya Makahinda Mahasiswi Universitas Nani Bili Nusantara (UNBN) Kabupaten Sorong dan anaknya Silvia Balansa yang sedang mengikuti pendidikan di Universitas Victori Kota Sorong. Ibu dan anak ini berjuang menyatukan ilmu di bangku kuliah dan menerapkannya di dalam keluarga.

Namun semuanya tak terlepas dari peran Bapak Keluarga Erwin Tatipikalawan yang sehari-hari bekerja di Pertamina ikut menerapkan ilmunnya bersama isteri dan dua anaknya. Mereka harus bekerja di ladang mengais rejeki tanpa mengenal rasa malu. Meskipun Erwin masih bekerja di perusahan minyak milik negara (pertamina) ia tetap setia membantu isterinya di ladang mencangkul dan menanam.

Tak ketinggalan, pasangan suami isteri itu terus berjuang mendidik dua anak hasil pernikahan sah mereka dengan melatih anak sejak usia dini menghadapi tantangan, juga saat pandemi Covid 19 yang sedang mewabah di dunia.

Anak pertama Silvia Balansa yang sedang mengikuti pendidikan di Universitas Victori Sorong, semester IV jurusan Ekonomi Akuntansi harus membantu orangtua menanam pisang, sayur, kasbi atau singkong di kebun. Sedangkan anak kedua, Alya Tatipikalawan barusan menamatkan pendidikan di SMP Negeri 6 Klamono Kabupaten Sorong, siap mendaftarkan diri masuk pendidikan tingkat SMA.

Lidya Makahinda, Ibu Rumah Tangga yang berprestasi itu juga sedang mengenyam pendidikan Tinggi di Universitas Nani Bili Nusantara mengatakan pendidikan dalam keluarga merupakan kunci keberhasilan anak dalam menghadapi tantangan dan rintangan
mencapai cita-citanya. “Tentu salah satu kesuksesan sebagai orangtua yakni mendidik anak untuk selalu bersujud kepada Tuhan Sang Pemberi hidup, taat kepada orangtua, mengikuti nasihat orangtuanya,” ucap Lidya.

Lebih lanjut kata Lidya yang ditemui wartawan di sela kesibukannya bercocok tanam mengatakan keberhasilan anak saat ini adalah melatih menghadapi tantangan bercocok tanam. Meskipun demikian, Lidya dan Erwin selalu menghormati ide baik anak-anaknya dalam membuat keputusan. Pasalnya, anak pertamanya juga belajar rajin dan mendapat nilai terbaik di bangku kuliah di perguruan tinggi ternama merupakan sebuah perjuangan yang harus dihargai. “Sebagai orangtua kami merasa bahagia jika dua anak kami tumbuh bahagia dan penuh percaya diri. Dalam konteks lebih luas, saat anak kami sudah dewasa mereka sudah bisa mandiri. Kesuksesan mereka bukan karena kekayaan, ketenaran dan jabatan, kalau dikaji lebih mendalam, sukses tersebut lebih cenderung merujuk pada hasil yang dicapai bukan pada proses mencapainya, maka kami mendidik anak harus melalui sebuah proses sehingga sejak awal mereka tidak malu menghadapi proses itu seperti bekerja di ladang,” papar Lidya yang memiliki prestasi dalam kuliah Psikologi atau Bimbingan dan Konseling.

Menurutnya, mendidik anak sejak kecil di dalam keluarga adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan dan rintangan. “Saya tidak malu hidup sederhana tanpa menyulitkan orang lain. Kerja di ladang seperti ini bukan hal yang baru bagiku. Sejak kecil sudah diajarkan kerja keras oleh orangtua. Mendapatkan makanan dari hasil keringat sendiri dan tidak berharap belas kasih dari orang lain. Apalagi hidup di perantauan jauh dari orangtua dan keluarga besar,” kata Mahasiswi semester IV.

Pedidikan dasar itulah yang saya dan suami ajarkan untuk kedua putri kami Silvia Balansa dan Alya Tatipikalawan. Apalagi di tengah situasi pandemi covid-19 untuk mengantisipasi krisis pangan ke depannya maka anak-anak juga harus dilatih bekerja. “Puji Tuhan walaupun suami masih kerja di perusahan minyak milik negara (pertamina), punya upah yang lebih dari cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga tidak membuatku bermalas-malasan di rumah. Pada hari libur sekarang ini atau tidak kuliah dianjurkan belajar dari rumah. Ketika selesai sekolah atau kuliah online, kami pergunakan waktu yang ada untuk berkebun,”ujar Ibu dua anak itu.

Ada lahan atau tanah kosong baik yang terletak belakang rumah dan depan rumah maupun ada kapling yang belum dibangun rumah kami gunakan untuk berkebun, menanam tanaman lokal seperti pisang, keladi, singkong atau kasbi, pepaya, jagung, sayur sayuran, membuat kolam untuk ditanam sayur kangkung, tanam bumbu seperti kemangi, rica, jahe, kunyit dan lain-lain.

Usaha dan kerja keras tidak membohongi hasil, asal tetap rajin, semangat, usaha, kerja keras dan yang penting percayakan perjalanan hidup ini diatur oleh Tuhan saja, lakukan apa yang Tuhan mau maka di manapun kita berada di dalam tugas-tugas kita akan ada sukacita. Hidup kita pasti dimudahkan dan badai ini pasti berlalu.
Ibarat sebuah perjalanan membesarkan anak adalah sebuah perjalanan panjang. Kalau terlalu fokus pada tujuan maka perjalanan panjang tersebut bisa menjadi pengalaman yang membebani dan melelahkan. Selain itu, kita tidak akan menikmati dan menghargai banyak pengalaman menarik di sepanjang perjalanan mengasuh anak dan mendampingi suami. Mempunyai tujuan yang jelas dalam membesarkan anak merupakan dasar utama namun tidak kalah penting adalah menghargai dan menikmati proses untuk mencapai tujuan itu. Mari berdoa dan bekerja, hidup sederhana bersama keluarga. “Semoga badai ini cepat berlalu,” ucap Keluarga Tatipikalawan
(Lidya Makahinda/Ren/IWO)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini