
KEEROM, Monitorpapua.com – Sejumlah kendala yang dihadapi Kontraktor di Keerom adalah lalu lintas jalan raya. Pasalnya, sejumlah pekerjaan yang telah selesai dikerjakan mengalami kendala lalulalang kendaraan. Namun sejumlah kontraktor mencari alternatif lain agar pekerjaannya tidak mengalami kerusakan dan beban perbaikan.
“Itu kan jalur yang tidak bisa ditutup, sedangkan betonnya itu kan menunggu umur. Nah akhirnya saya memakai metode, saya memakai sedikit zat adiktif untuk mempercepat pengikatan betonnya biar lebih cepat pengerasannya.
Dengan beton biasa mungkin butuh 7 sampai 8 hari agar bisa bagus mutunya. Karena saya dikejar dengan waktu dan karena lalu lintasnya, akhirnya saya bagi badan jalannya jadi 2 bagian. Sebelahnya yang 2 setengah meter kita kerjakan duluan biar kendaraan bisa melewati jalannya, setelah itu sebelahnya lagi kita kerjakan
Untuk mempercepat pekerjaannya, jika cuacanya baik atau tidak hujan kita kerja juga di malam hari. Untuk kendala force major selama ini tidak ada, dan untuk materialnya saja yang sempat kita kehabisan stok di pabrik Stone Crusher di Sentani.
Mutu material yang bagus kan cuma di Sentani saja. Batu yang besar dipecah sampai ukuran 2:3, tapi kita kehabisan stoknya waktu itu. Kita seluruh kontraktor yang berkontrak dengan Dinas PUPR Keerom juga setiap 2 minggu sekali melakukan Rapat.
Kemarin terakhir kita rapat dengan Kepala Dinas di rumah makan Raja Rasa itu yang di Swakarsa. Kita rapat dengan Kepala Bidangnya, dengan PPK-nya. Kemudian untuk Pagunya sendiri, bukan 10 Milyar. Itu salah yang diduga!. Pagunya adalah Rp.4,8 Milyar dan kita tawar (HPS) di Rp.4,4 Milyar.
Cuma persyaratannya saja yang agak sulit. Agak sulit, karena syaratnya itu harus pakai jaminan garansi yang dibuktikan dengan ‘Rekening Koran,’ dan harus ada tersedia ‘Dana Standby’ itu 20 persen dari pagu.
Sebenarnya itu tidak masalah buat kita, karena itu wewenangnya dinas. Karena mereka (Dinas PUPR) takut ada resiko, mengingat karena ada pengusaha atau rekanan yang tidak kwalifait, yang hanya mengandalkan uang muka baru kerja. Ditakutkan itu nanti ada pekerjaan yang terbengkalai bahkan tidak selesai,” terang Site Manejer.
Dimintai harapan untuk proses pekerjaan yang sudah hampir selesai itu, Yunus tak banyak berkomentar. Tambahnya menutup keterangannya, site manejer PT. Lautan Timur Permai ini sangat mengharapkan agar tagihan 30 persen proyeknya itu dapat dibayarkan secepatnya.
“Kalau harapan saya sebagai penyedia jasa, mungkin hanya mengenai tagihan 30% nya saja yang masih belum dicairkan. Kalau fisik sih kita tidak masalah. Sebelum masuk Desember itu saya pastikan sudah selesai, karena untuk timbunan itu estimasi saya cuma 4 hari kerja saja,” tandas Yunus menutup keterangannya.
Untuk mengonfirmasi kegiatan fisik (Proyek Talud dan Jalan) di Arso 1, wartawan sudah beberapa kali mendatangi organisasi perangkat daerah (OPD) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) guna meminta konfirmasi.
Sayangnya, Kabid. Bina Marganya yang juga Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ketika crew media mendatangi ruangan kerjanya, ternyata hanya mendapat kabar kalau PPK-nya masih berada di lapangan dalam rangka memantau pekerjaan proyek. (Stevi Fun/Ren/ MP)