
SORONG, Monitorpapua.com.- Mimbar Agama Katolik : Injil Markus : 3: 1-6 “Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia. (Markus 3:1-6)
Sebuah kisah, pada suatu hari Minggu, ada seorang ibu mengalami kecelakaan saat perjalanan menuju ke Gereja. Kebetulan ada seorang anak muda yang juga sedang melintasi jalan tempat ibu itu mengalami kecelakaan. Ia terkejut, melihat seorang ibu terbaring sendiri, berlumuran darah. Dalam hati orang muda Katolik itu bertanya: “Kalau saya menolongnya, pasti saya akan terlambat masuk gereja dan kalau saya tidak menolongnya, pasti dia akan terlantar dan mati begitu saja.” Namun ketergerakan hatinya lebih kuat maka ia memutuskan untuk menolong ibu itu dari pada cepat-cepat pergi ke Gereja.
Sebuah kisah yang sangat menghentakkan hati semua orang. Pergi ke gereja atau membantu ibu itu? Apakah anda mengalami hal yang mirip sama? Injil hari ini membawa kita pada permenungan bahwa setiap orang membutuhkan pertolongan dan Tuhan tidak pernah menghalang-halangi orang untuk menolong orang lain.
Sebagaimana dilakukan Yesus, Tabiat para Farisi memang sangat menarik. Mereka suka mengamat-amati Yesus untuk mencari dan menemukan kesalahan agar dapat mempersalahkan-Nya. Sebuah model atau cara hidup yang jauh dari prinsip kekristenan yang mengedepankan kasih, kelembutan dan kerendahan hati.
Pertama, setiap orang yang mengalami kesulitan dalam hidup pasti berhak mendapatkan pertolongan agar ia dapat bertahan hidup
Kedua, Tuhan mengharapkan dari kita umat manusia untuk saling menolong satu sama lain. Tentu pertolongan sekecil apa pun sangat berharga bagi yang membutuhkannya.
Perbuatan baik untuk menolong orang yang menderita menjadi satu tanda bahwa kita telah mengikuti ajaran Kristus yakni ajaran Cinta Kasih
Bertolak dari kisah tadi, jika terjadi dalam hidup kita, apa yang harus kita perbuat? Meninggalkan ibu yang sedang menderita kecelakaan atau pergi ke Gereja agar tidak terlambat?
Pasti bagi orang beriman ia akan lebih memilih menolong ibu itu. Sebab hal itu berlandaskan pada perbuatan baik menjadi bukti orang itu memiliki iman.
Tentu, hal itu mengantar kita pada pemikiran bahwa ketika kita membiarkan orang lain menderita dan pergi ke gereja supaya tidak terlambat, pasti di dalam gereja kita hanya memikirkan orang itu, apakah dia sudah diselamatkan atau tidak. Dalam arti ini pikiran kita menjadi tidak tenang.
Jika kita menolong orang yang menderita, pasti pikiran kita selalu tenang. Semoga kita bisa menjadi seperti orang muda Katolik itu, menolong orang lain yang menderita.
Sahabat terkasih, Tuhan tak menginginkan kita menjadi generasi Farisi di zaman ini. Selalu menyimpan rasa iri dan dengki. Selalu ingin menjatuhkan sesama terutama yang dianggap saingannya.
Sebaliknya, kita diajak untuk berlomba mempraktekkan hidup dalam kebaikan dan kerendahan hati. Menolong dan peduli kepada sesama adalah panggilan setiap pengikut Tuhan. Daripada sibuk mencari-cari kelemahan orang lain, jauh lebih baik membantu dan meringankan beban sesama. Bukankah hal itu yang dilakukan oleh Tuhan dalam karya pewartaan-Nya. Semoga kita sungguh mampu menjauhkan diri dari tabiat para Farisi. Berusaha dengan sekuat tenaga membiasakan diri pada sikap rendah hati. Penuh kasih terhadap sesama. (Laurent R/*PH)
Doa : Tuhan buatlah aku peka terhadap orang yang membutuhkan pertolongan. Amin