Kisah Hidup Dibalik Teralis Besi, Warga Binaan Belajar Panca Tugas Gereja

43
Kisah Hidup Dibalik Teralis Besi, Warga Binaan Belajar Panca Tugas Gereja
Kisah Hidup Dibalik Teralis Besi, Warga Binaan Belajar Panca Tugas Gereja
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com.- Setiap Minggu tepat pukul 15.30 Wit., Pastor bersama Penyuluh Agama Katolik melangkahkan kaki memasuki Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Sorong. Seorang Imam bernama Pastor Gregorius, SVD mengenakan jubah putih menyapa para warga binaan kelas II B Sorong. Dengan senyum dan sapa, kami terus melangkah memasuki ruang Gereja kecil yang berada di tengah Lembaga Pemasyarakatan. Sejumlah warga binaan bergegas memasuki gereja  dan duduk serta tunduk sembari berdoa memohon pengampunan dan belaskasih Tuhan. (Minggu, 9 Februari 2025)

Pastor Gregorius SVD yang baru pertama kali bertugas di Paroki Santo Petrus Remu Sorong, memperkenalkan diri, karena mendapat tugas baru di Paroki Santo Petrus Papua Barat Daya. “Selama 25 Tahun, saya bertugas di Equador. Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa Spanyol. Jadi, saya mohon maaf kalau sewaktu khotbah, saya masih terbawaH dengan terjemahan bahasa Spanyol,” ucap P. Gregorius.

Warga Binaan pun dengan senang hati menerima kedatangan Pator Gregorius SVD untuk mempersembahkan misa dan melayani warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Sorong bersama para penyuluh dari Kantor Kementerian Agama Kota Sorong, Bimas Katolik.

Perayaan Misa Kudus berlangsung dengan khidmat dan Sakral. Semua wagra binaan mendengar Kitab Suci dan khotbah dari Pastor Gregorius. Mereka sangat tertarik setiap mendengar khotbah dari semua Imam yang melayani.

Laurentius Reresi, Penyuluh ASN Agama Katolik Kemenag Kota Sorong dari Bimas Katolik berkesempatan bersama Pastor dan sejumlah Penyuluh Agama Katolik Non PNS hadir dan memberikan semangat kepada 50 warga binaan beragama Katolik. Materi terkait panca tugas gereja kepada warga binaan sekaligus menginternalisasi pesan-pesan Kitab Suci selama perayaan Ekaristi agar mereka dapat melaksanakannya dalam hidup. Penyuluh berkesempatan memberikan penyuluhan terkait tema yang telah disiapkan Penyuluh yakni ‘Panca Tugas Gereja’

Setiap Minggu Penyuluh hadir di tengah-tengah warga binaan dan memberikan materi singkat tentang Panca Tugas Gereja. Penyuluh menjadikan Katekismus Gereja Katolik nomor 777 sebagai sumber penyuluhan. Penyuluh menjelaskan secara sederhana Panca Tugas Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus (KGK No 777).

Penyuluh mengajak semua yang hadir memahami “himpunan Umat Allah” agar dapat mewujudkan keikutsertaan dalam hidup berparoki setelah bebas dari hukuman tahanan. Maka Penyuluh menjelaskan lagi bahwa dalam Paroki kita berhimpun sebagai Umat Allah, mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya cinta kasih atau pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus (Martyria) di dalam Keluarga, masyarakat, tempat kerja, Paroki, sekolah, keluarga, temasuk di dalam penjara atau Lembaga Pemasyarakatan serta dan di mana saja berada.

Penyuluh menyampaikan bahwa setiap minggu, kita merayakan Paskah dalam perayaan Ekaristi, kita ikut serta dalam perayaan itu karena Yesus sendiri sebagai Kepala Gereja mempersembahkan diri untuk kita manusia. Maka dalam perayaan itu, kita ikut serta dalam karya penebusan Tuhan. Inilah yang disebut Liturgia berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti kita mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja.

Penyuluh mengatakan dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup kita orang beriman. Maka kita diminta untuk merayakan ekaristi bersama Imam setiap hari, walaupun sibuk bekerja, umat diminta untuk menimbah air kehidupan dari sumbernya yaitu Yesus Kristus sendiri. Selain itu, Liturgia juga berarti Umat Katolik harus aktif dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin Ibadat Sabda atau Doa Bersama, menjadi lektor, pemazmur, organis, mesdinar, koorsponsor di Paroki, penghias Altar dan Sakristi dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.

Inilah yang telah dilaksanakan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan. Mereka mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Mereka terlibat aktif bernyanyi, menjadi Lektor, Pemazmur dan membaca Kitab Suci.

Usai Misa Kudus, warga binaan bersalaman dan menyapa Pastor yang memimpin Misa serta para Penyuluh serta orangtua yang sempat hadir di ruang Gereja Lembaga Pemasyarakatan. Warga Binaan pun mendapat pelayanan dari Para Penyuluh Agama Katolik yang membawa makan dan minuman seadanya. Demikian kisah singkat dibalik teralis besi, warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sorong, Papua Barat Daya dengan semangat belajar panca tugas Gereja Katolik. (Laurent R)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini