
MIMBAR AGAMA KATOLIK
SORONG, Monitorpapua.com.- Mimbar Agama Katolik hari ini berjudul HARAPAN HIDUP. Setiap orang memiliki harapan untuk hidup. Harapan adalah tanda optimis akan masa depan yang lebih ceriah. Kita juga perlu mendengar Sabda Tuhan agar memberikan keteguhan menghadapi masa depan. Mari mendengarkan Sabda Tuhan hari ini yang disiarkan juga di Radio Republik Indonesia Sorong tentang Kisah Yesus ditolak di Nazaret atau di kampungnya sendiri. Semoga memberikan harapan bagi hidup kita.
Sabda Tuhan ini sangat menarik sekaligus memprihatinkan. Menarik, karena pengajaran-Nya sesungguhnya menimbulkan decak kagum banyak orang. Memprihatinkan, karena penolakan itu didasari oleh sebab yang jauh dari akal sehat. Mereka menolak karena tahu jika Yusuf ayahnya hanyalah seorang tukang kayu, orang sederhana. Ternyata orang-orang Nazareth memiliki standar dan ukuran sendiri dalam menilai seseorang. Bukan berdasar pada kualitas atau mutu pribadinya tetapi atas dasar asal-usul dan latar belakang keluarganya.
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. (Mrk 6:1-6)

Sabda Tuhan mengajak kita pada satu permenungan dan pertanyaan. Apakah kita juga memiliki cara berpikir seperti orang-orang Nazareth? Menilai orang atas dasar penampilan luaran, asal-usul atau latar belakang keluarganya?
Orang sering kecewa karena harapan atau keinginannya tidak tercapai atau tidak terpenuhi. Mungkin apa yang diharapkan terlalu idealis dan tidak realistis sehingga tidak bisa terwujud. Kemungkinan lain karena orang tidak siap menerima dan menghadapi kenyataan yang terjadi. Baik itu fakta lapangan, masalah atau kegagalan dan penolakan sehingga tidak tahan terhadap segala tantangan hidup.
Orang-orang Nazaret juga nampaknya kecewa dengan Yesus. Awalnya mereka kagum dengan pekerjaan-pekerjaan Yesus. Mereka mendengar banyak mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Mereka juga kagum dengan perkataan-perkataan Yesus. Yesus berbicara dengan kata-kata yang bijak dan menggugah banyak orang. Namun sikap mereka berubah ketika mereka menghubungkannya dengan kemampuan.
Mereka melihat Yesus dengan latar belakang keluarga-Nya. Bagi mereka, Yesus berasal dari keluarga biasa-biasa saja, anak tukang kayu. Rasa kagum pun berubah menjadi tak kagum karena Yesus berasal dari orang sederhana namun Yesus dapat melakukan hal baik apa saja kepada seluruh manusia. Seandainya latar belakang Yesus berasal dari keluarga bangsawan atau orang penting, kaya dan berkuasa, bisa saja mereka menerima Yesus. Teryata mereka belum mengenal Yesus, iman mereka masih ragu-ragu dengan kehadiran Yesus.
Yesus mengajak kita untuk membuang jauh-jauh pola pikir yang picik dan kerdil itu. Kita harus mengembangkan sikap hati yang jujur dalam memandang dan bersikap kepada seseorang. Bukan pertama-tama didasarkan pada penampilan luaran atau strata sosial tetapi pada mutu hidup dan kualitas pribadinya.
Kita perlu waspada dengan harapan-harapan kita. Beharap adalah tanda optimis akan masa depan yang cerah. Akan tetapi kita perlu pastikan bahwa harapan kita terukur agar bisa tercapai. Kita juga harus memiliki mental yang kuat, iman yang teguh kepada Tuhan jika terjadi kenyataan hidup yang bertentangan dengan harapan kita.
Ada banyak orang meraih kesuksesan dalam usaha, karier karena mampu bertahan di tengah ombak dan gelombang serta badai yang menghadang hidup ini. Orang-orang seperti ini tidak patah semangat untuk bangkit meraih kesuksesan. Maka kita juga perlu siap menghadapi tantangan dan menyelesaian masalah, rasa kecewa pasti kita alami namun belajarlah dari Yesus sekalipun ditolak di kampung halamannya, Yesus tetap maju dengan misi-Nya, membawa kabar gembira dan menyelamatkan semua manusia. (Ren/ph*)