Mahasiswa Papua Barat Daya Menghayati Moderasi Beragama Pemersatu Bangsa

95
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – Setelah mengikuti Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama dari Balai Diklat Keagamaan Papua maka 30 peserta Penggerak Moderasi Beragama turun lapangan mengadakan sosialisasi terkait materi pengajaran yang telah diperoleh selama pelatihan di Kryad Hotel 28 April – 3 Mei 2024. Kini, Pemateri, Laurentius Reresi mengadakan pertemuan bersama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Papua Sorong, Sabtu 4 Mei 2024 dilanjutkan 7 Mei 2024 ke Kampus Universitas Nani Billi Nusantara Sorong, kemudian pada tanggal 11 Mei kembali ke Kampus Stikes Papua Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.

Kegiatan Moderasi Beragama di Kampus Stikes Papua Sorong dengan Pemateri Laurentius Reresi mensosialisasikan 9 kata kunci moderasi beragama berlangsung dengan penuh semangat. Sosialisasi yang berlangsung di ruang kampus Stikes Papua Sorong itu dihadiri 12 mahasiswa beragama Katolik berhasil menciptakan lingkungan dialog yang sangat konstruktif terkait 9 kata kunci moderasi beragama agar bisa memperkuat kerukunan antarumat beragama.

Terkait Materi ini, para peserta dibagi menjadi 3 kelompok diskusi dan diberikan kesempatan untuk menemukan ayat-ayat Kitab Suci yang sesuai dengan sembilan kata kunci moderasi beragama sekaligus para peserta diminta menggambar sikap moderat dan anti moderat kemudian mempresentasikannya.

Pada materi komitmen kebangsaan, mahasiswa diminta untuk diskusi tentang penyebab kehancuran sebuah bangsa. Melalui gambar yang mereka sampaikan diskusi semakin hidup sehingga para akademisi ini mampu mengemukakan pendangan dan pendapat terkait implementasi moderasi beragama di zaman milenial ini dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada para mahasiswa untuk saling berbagi pengalaman agar bisa mencegah kekerasan, dan berbalik kepada Kemanusiaan, Kemaslahatan umum, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penghargaan kepada tradisi. “Ini semua untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman agama dengan 4 indikator komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, penerimaan terhadap tradisi,” ucap Mahasiswa Stikes Papua Sorong.

Pertemuan kedua, Narasumber Laurentius Reresi mengadakan kegiatan Moderasi Beragama di Kampus Universitas Nani Bili Nusantara, untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Keguruan, progdi PGSD. Pemateri sekaligus Narasumber memberikan sembilan (9) Kata Kunci moderasi Beragama adalah Kemanusiaan, Kemaslahatan umum, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penghargaan kepada tradisi.

Mensosialisasi 9 kata kunci Moderasi Beragama membutuhkan kesiapan literasi yang baik dan pengelolaan materi agar mahasiswa mampu menginternalisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Pemateri mensosialisasikannya dengan membuat sejumlah permainan terkait keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama.

Kemudian mahasiswa menemukan sebuah tantangan besar dalam permainan itu bagaimana mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Mahasiswa berkomitmen Pancasila , sebagai ideologi negara, dan Moderasi Beragama, sebagai prinsip untuk memelihara kerukunan antaragama, berperan penting dalam membangun Indonesia yang maju, membangun kampus yang moderat, hidup rukun dan damai.

Diskusi bersama, Mahasiswa berkomitmen Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, terdiri dari lima sila yang mengandung nilai-nilai fundamental yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima sila yang mengandung komitmen ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan menandakan komitmen untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi harus dipelajari mahasiswa ilmiah. Maka sebagai akhir dari sosialisasi materi tersebut, mahasiswa Katolik menyiapkan bunga dan membagikannya kepada saudara-sadarinya Mahasiwa dan Dosen beragama Muslim dan Kristen Protestan di dua ruangan kampus. “Ini tanda persaudaraan kita,” ucap Mahasiwa Katolik disambut gembira Mahasiwa Muslim dan Kristen Protestan

Mahasiswa menyadari Bangsa Indonesia diberikan karunia oleh Sang Pencipta dengan berbagai agama dan keyakinan untuk hidup berdampingan dengan damai. Maka sebagai mahasiswa terus membentuk fondasi kuat bagi toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Moderasi beragama adalah pendekatan bijak terhadap agama. Ini mengajak umat beragama untuk memahami ajaran agamanya dengan konteks dan pemahaman yang moderat.

Moderasi beragama bukanlah sekadar penerimaan tanpa kritis terhadap keyakinan, tetapi sebuah panggilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, membawa pesan-pesan universal tentang cinta, perdamaian, kerukunan, dan keadilan ke dalam praktik nyata.

Penerimaan terhadap tradisi juga memainkan peran penting dalam membangun identitas nasional yang kuat. Dengan mengakui dan menghormati tradisi-tradisi keagamaan, kita memupuk rasa kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Dalam konteks relasi Pancasila dan Moderasi Beragama, Presiden Joko Widodo bahkan telah menunjukkan komitmen seriusnya dengan meneken Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 58 Tahun 2023 tentang penguatan moderasi beragama.

Komitmen penguatan tersebut diharapkan dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang harmonis, rukun, dan damai sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, setidaknya ada empat indikator utama untuk mengukur keberhasilan Moderasi Beragama. (Laurent R)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini