
SORONG, Monitorpapua.com- Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus sewaktu lawatannya ke Indonesia berpesan kepada seluruh umat Katolik agar sungguh-sungguh menaruh hormat kepada Tubuh dan Darah Kristus, saat mengikuti perayaan Ekaristi Kudus. Paus mengajak kita agar mengikuti dan menghayati perayaan Ekaristi dengan sungguh-sungguh terutama saat KONSEKRASI, bukan yang dilakukan sejumlah orang, ketika Imam mengangkat Tubuh dan Darah Kristus, kita juga sibuk mengangkat Handphone dan memotret, inilah kekeliruan umat dalam menghayati perayaan Agung ini.
Ketika mengadakan Katekese Kitab Suci dan mengikuti Perayaan Ekaristi di Lingkungan Santo Bernadus, saya diminta untuk menyampaikan Katekese Kitab Suci oleh Pastor Paroki. Ada beberapa pesan dari Paus Fransiskus yang saya sempat sampaikan kepada umat lingkungan Santo Bernadus demikian: Paus Fransiskus mengundang kita sebagai orang beriman untuk menghargai dan menghormati Ekaristi sebagai sebuah perayaan Agung dan suci bukan sebuah perayaan biasa saja. Sebab, Ekaristi adalah puncak dan sumber hidup kita umat beriman karena kita langsung berjumpa dengan Tuhan yang hadir dan berbicara melalui Sabda serta Tubuh dan Darah-Nya.
Saudara-Saudari yang dikasihi Tuhan. Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus diurapi perempuan berdosa.
“Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan dengan-Nya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di Kota itu ada seorang perempuan yang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Ia berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya sambil menangis, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya. Ia mencium kaki-Nya dan meminyaki-Nya dengan minyak wangi itu” (Luk. 7:36-38).
Tuhan tidak menghentikan berkah-Nya, apalagi Ia yakin akan ketulusan hati perempuan pendosa itu yang memohon belaskasihan. Akhir dari perjumpaan yang mengharukan itu Tuhan menyatakan kehendak kasih-Nya: Imnmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”
Sebagai balasannya, Yesus mengampuni perempuan berdosa itu. “Karena itu, Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni. Namun, orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia mengasihi. Lalu Yesys berkata kepada perempuan itu “ Dosamu telah diampuni” (Luk. 7:47-48). Inilah kisah pengampunan yang dilakukan Yesus kepada orang berdosa ketika makan bersama orang Farisi.
Saudara-Saudari yang terkasih, Dosa menjadi hambatan bagi kita untuk bertemu dengan Tuhan. Dosa hendaknya tidak membuat kita malu dan lari bersembunyi melainkan mendorong kita untuk mencari dan berjumpa dengan Tuhan sebagaimana perempuan berdosa yang dilukiskan Injil Lukas 7: 30-45.

Hal ini juga dialami para rasul Yesus yang mengisahkan tentang Yesus bersama murid-murid-Nya hendak makan Paskah bersama. Para murid Tuhan juga orang berdosa, namun Yesus harus menunjukkan kasih-Nya kepada mereka. Peristiwa itu, Yesus menetapkan perjamuan malam. Menarik bahwa ketika Yesus mengambil roti dan cawan, Yesus tidak menyebut “inilah roti atau inilah cawan”, tetapi “inilah Tubuh-Ku, dan inilah Darah-Ku”. Hal itu menunjukkan sebuah pemberian diri yang utuh dan penuh. Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya seutuhnya untuk tebusan umat manusia.
Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan. Peristiwa Paskah yang dilakukan Tuhan Yesus itu juga sekarang ini kita temukan dalam setiap perayaan Ekaristi. Hal ini mau mengatakan kepada kita bahwa ketika Imam mengangkat hosti dan mengatakan “Inilah tubuh-Ku” dan piala serta mengatakan “Inilah darah-Ku”, maka saat itu juga kita memandang Tuhan.
Mari kita menghayati perayaan Ekaristi kudus dengan sukacita, memandang Tuhan dengan penuh kerinduan hadir menampakkan diri-Nya saat KONSEKRASI serta menyambut Dia yang hadir dalam diri kita saat menerima-Nya. Ketika Imam memberikan kepada kita Tubuh Kristus, umat harus menjawab Amin. Inilah bukti, Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk kita dan menunjukkan cinta-Nya untuk kita, Ia rela berkorban untuk kita. Maka kita juga harus memiliki kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan dan menghormati-Nya dalam seluruh kehidupan kita setiap hari, Semoga demikian. Amin (Laurent R/PH)