SORONG, Monitorpapua.com.- Santo Fransiskus Xaverius hanya membawa sedikit bekal Ketika berangkat ke Asia untuk memulai karya pewartaannya. Dalam karya pewartaan itu, Fransiskus Xaverius lebih banyak menaruh harapan dan mengandalkan Tuhan Allah dibandingkan materi. Ia membawa kabar sukacita kepada semua orang yang merindukan keselamatan.
Dalam perjalanan pewartaan, Fransiskus Xaverius mengingat pesan Tuhan Yesus Ketika mengutus para murid, Yesus menegaskan agar mereka tidak membawa hal lain kecuali tongkat, boleh memakai alas kaki dan jangan memakai dua helai baju. Jangan membawa uang atau roti atau bekal dalam perjalanan. Mengapa Demikian?
Bukankan para murid juga membutuhkan materi dalam bentuk uang atau makanan dalam karya pewartaan? Penegasan tersebut, Tuhan Yesus menghendaki agara para murid tidak tergantung pada materi Ketika melaksanakan tugas pewartaan yang dipercayakan kepada mereka, melainkan berpusat kepada pewartaan Injil (Kabar Gembira).
Materi juga dibutuhkan tetapi bukan yang utama. Pesan lebih dalam yang ingin disampaikan Tuhan Yesus adalah dalam karya pewartaan, para murid hendaknya menggantungkan seluruh proses pewartaan pada Penyelenggaraan Allah, para murid harus mengambil bagian dalam karya-karya Allah melalui tugas perutusan yang sedang mereka laksanakan.
Injil hari ini menghadirkan sebuah perumpaan tentang Domba yang Hilang dan Dirham yang Hilang. Dua perumpamaan ini menjadi pendahuluan bagi perumpamaan yang lebih panjang, yakni perumpamaan tentang Anak yang Hilang.
Perumpamaan ini dipakai oleh Yesus untuk menanggapi pemikiran orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka bersungut-sungut ketika melihat para pemungut cukai dan orang-orang berdosa ikut duduk mendengarkan pengajaran Yesus. Orang Farisi menganut model hidup saleh dan taat beragama. Namun mereka mengambil jarak dengan sesamanya terutama yang dikategorikan para pendosa.
Sementara itu, Yesus mengembangkan semangat belas kasih. Ia tetap memberi kesempatan kepada orang-orang yang di-cap sebagai pendosa. Tuhan menghargai niat baik para pendosa apalagi jika muncul dari kehendaknya sendiri. Nyatanya banyak pendosa yang bertobat termasuk di dalamnya adalah pemungut cukai.
“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
Perumpamaan tentang Domba Yang Hilang dan Dirham Yang Hilang ini menampilkan belas kasih Tuhan yang tiada batas. Ia akan mencari hingga mendapatkan kembali kawanannya hingga tetap utuh. Tak boleh ada satu pun yang hilang. Inilah yang dilakukan Santo Fransiskus Xaveius ketika berada di Asia. Ia tetap setia mengikuti perintah Tuhan dan lebih penting lagi Xaverius menyerahkan hidup dalam Penyelenggaraan Allah adalah hal yang sangat penting dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Luk. 15:1-10)
Pesan utama dari perumpamaan ini adalah agar kita mengembangkan semangat belas kasih kepada sesama. Tak membentengi diri terhadap orang lain apalagi karya baik Allah. Semoga melalui kesaksian hidup kita, banyak orang semakin mengenal Tuhan dan akhirnya bertobat. Jika demikian maka akan ada sukacita di surga. Inilah yang menjadi semangat dasar dan kaul kemiskinan yang diikrarkan kaum religious sehingga mereka tidak banyak membawa bekal dalam perjalanan ketika diutus Tuhan. Patut menaruh seluruh hidup pada Penyelenggaran Allah sebagaimana Bunda Maria menjadi teladan. Dalam hidupnya, Bunda Maria selalu menggantungkan hidup dalam rencana dan penyelengaraan Allah karena Penyelenggaraan Allah baik adanya.
Kadang kita terlalu banyak mementingkan materi dalam hidup. Kita kurang menaruh harapan dan kepercayaan kepada Penyelenggaraan Allah. Injil hari ini (Lukas 15:1-10) mengajak kita untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup, seperti Santa Theresia dari Avilla: “Allah saja cukup. Dengan mengandalkan Allah, kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. (Laurent R/sumber inspirasi).