Paradigma Baru Pembelajaran dan Asesmen melalui Diseminasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong

150
Paradigma Baru Pembelajaran dan Asesmen melalui Diseminasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong
Paradigma Baru Pembelajaran dan Asesmen melalui Diseminasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong
- Iklan Berita 1 -

Penulis :
Joko Waluyo
Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Papua

SORONG, Monitorpapua.com. – Keputusan Menteri Agama Nomor 450 Tahun 2024 tentang Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Madrasah menekankan pendekatan yang lebih holistik, adaptif, dan berpusat pada peserta didik madrasah. Dalam pedoman implementasinya menekankan pentingnya pembelajaran berbasis kompetensi dengan fokus utamanya pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Pembelajaran yang lebih fleksibel memungkinkan guru untuk menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik sehingga proses belajar menjadi lebih relevan dan bermakna.

Guru tidak lagi berperan sebagai sumber tunggal pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik dalam mengeksplorasi dan memahami materi secara mandiri dan kolaboratif. Selain guru, orang tua juga didorong untuk terlibat aktif dalam memantau perkembangan belajar anak serta memberikan dukungan moral dan motivasi. Dengan adanya kolaborasi ini dapat memperkuat keterlibatan antara guru, peserta didik, dan orang tua dalam proses pembelajaran. Keterlibatan guru dalam proses pengembangan kurikulum penting dilakukan untuk menyelaraskan isi kurikulum dengan kebutuhan siswa di kelas” (Alsubaie, 2016).

Paradigma baru pembelajaran dan asesmen yang diterapkan melalui diseminasi Kurikulum Merdeka berbasis komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong
“Paradigma baru pembelajaran dan asesmen yang diterapkan melalui diseminasi Kurikulum Merdeka berbasis komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong lebih mengedepankan pendekatan yang lebih fleksibel, relevan, dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik” (Joko Waluyo)

Kurikulum Merdeka di Madrasah diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki karakter dan keterampilan sosial yang kuat, serta siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Paradigma baru pembelajaran dan asesmen yang diterapkan melalui diseminasi Kurikulum Merdeka berbasis komunitas di MAN Insan Cendikia Sorong lebih mengedepankan pendekatan yang lebih fleksibel, relevan, dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik.

Kurikulum Merdeka hadir sebagai respons terhadap tantangan pendidikan abad ke-21 yang menuntut pengembangan kompetensi berfokus pada kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Diseminasi kurikulum ini dilakukan dengan melibatkan semua komunitas madrasah di Kabupaten Sorong untuk membangun lingkungan belajar madrasah yang mendukung pertumbuhan peserta didik sebagai individu berdaya saing dan berintegritas tinggi.

Paradigma baru pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka dikenal dengan pembelajaran berdifernsiasi yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap keragaman kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik di madrasah. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dengan pembelajaran yang disesuaikan karakteristik individu setiap peserta didik. Peserta didik diberi ruang untuk berkembang sesuai dengan kecepatan dan gaya belajarnya agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi mencakup tiga elemen utama yaitu konten, proses, dan produk.

Paradigma pembelajaran di Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya literasi digital dalam menghadapi era digitalisasi
Paradigma pembelajaran di Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya literasi digital dalam menghadapi era digitalisasi

Guru dapat menyesuaikan diferensiasi konten pembelajaran dengan memberikan pilihan materi yang lebih relevan dan menarik bagi peserta didik, misalnya kompetensi yang akan dicapai yaitu mengurutkan dan membandingkan bilangan bulat terkait dalam keseharian. Guru dapat melakukan diferensiasi terhadap pemahaman konsep bilangan bulat peserta didik di kelas. Pelaksanaan diferensiasi proses dengan melakukan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan penerimaan/keterampilan peserta didik,misalnya mompetensi memahami gaya dan tekanan. Guru dapat melakukan diferensiasi berupa pendampingan pada praktik yang dilakukan peserta didik secara langsung dapat melalui modelling, praktik, kerja mandiri, dan memberi pertanyaan pemantik untuk belajar mandiri.

Sedangkan pada diefrensiasi produk, guru memberikan kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan hasil dari kegiatan pembelajaran berdasarkan peminatan peserta didik. Hal yang dapat dilakukan misalnya menceritakan ulang nilai-nilai luhur yang didapatkan dalam teks narasi (dongeng nusantara). Guru dapat melakukan diferensiasi produk hasil belajar peserta didik berupa bahan tayang visual (poster, slide paparan, dan sejenisnya), podcast, review berbasis media audio-visual, dan pagelaran drama (Kemendikbudristek, 2022).

Paradigma pembelajaran di Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya literasi digital dalam menghadapi era digitalisasi. Peserta didik MAN Insan Cendikia Sorong mulai diperkenalkan pada berbagai platform digital yang mendukung proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan platform digital seperti aplikasi untuk presentasi interaktif dan alat kolaborasi online. Pemanfaatan digital dalam pembelajaran ini membantu peserta didik tidak hanya untuk memahami teknologi, tetapi juga untuk menggunakannya secara efektif sebagai media litersi digital dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.

Dalam melaksanakan pembelajaran guru di MAN Insan Cendikia Sorong tidak hanya fokus pada mengajar namun lebih berperan sebagai fasilitator untuk mendorong peserta didik agar aktif dan mandiri dalam mencari informasi serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Paradigma baru ini mengubah pola interaksi guru dan peserta didik menjadi lebih kolaboratif, di mana peserta didik berperan aktif dalam menentukan topik dan metode belajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Guru harus mampu menjadi tutor, fasilitator, dan pemberi inspirasi bagi anak didiknya sehingga bisa memotivasi peserta didik menjadi siswa yang aktif, kreatif dan inovatif. (Savitri, 2020)

Selain paradigma baru dalam pembelajaran, implementasi kurikulum merdeka juga menekankan paradigma baru dalam asesmen pembelajaran. Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kebebasan peserta didik untuk menunjukkan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam berbagai bentuk sehingga setiap peserta didik dapat mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Asesmen dalam paradigma pembelajaran berdiferensiasi juga menjadi lebih fleksibel dan berkelanjutan.

Guru di Madrasah disarankan untuk memperbanyak asesmen formatif yang kontinu untuk memahami perkembangan individu peserta didik secara menyeluruh. Guru mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peserta didik dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, serta menyesuaikan metode pembelajaran selanjutnya yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik. MAN Insan Cendikia Sorong menerapkan asesmen formatif secara berkelanjutan untuk memantau perkembangan kompetensi peserta didik dalam berbagai aspek diantaranya nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan sosial. Dengan asesmen formatif peserta didik lebih terdorong untuk reflektif terhadap proses pembelajaran. Selain itu, asesmen sumatif dilakukan dengan cara yang adaptif, sehingga peserta didik tidak hanya dinilai dari hasil akhir, tetapi juga dari proses pembelajaran yang sudah dijalani.

MAN Insan Cendikia Sorong menerapkan asesmen formatif secara berkelanjutan
MAN Insan Cendikia Sorong menerapkan asesmen formatif secara berkelanjutan

Dengan paradigma baru pembelajaran dan asemen yang didiseminasikan dari hasil implementtasi Kurikulum Merdeka diharapkan nantinya tidak hanya meningkatkan kompetensi akademik peserta didik, tetapi juga memupuk karakter, minat, dan potensi unik yang dimiliki peserta didik. Dengan implementasi Kurikulum Merdeka berbasis komunitas, di MAN Insan Cendikia Sorong menunjukkan bahwa pendidikan dapat menjadi lebih bermakna dan berpusat pada kebutuhan peserta didik. Adanya kolaborasi dalam komunitas memberikan dimensi baru dalam pembelajaran dan asesmen, yang tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis tetapi juga pengembangan karakter.

Semua ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan kompetensi dan integritas yang tinggi. Lebih dari itu harapannya juga dapat melahirkan generasi yang unggul, mandiri, dan siap berkontribusi dalam masyarakat dengan pemahaman yang kuat terhadap agama dan nilai-nilai keislaman. (*/Red)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini