MOROTAI, Monitorpapua.com – Ribuan pemain Bambu Tada Festival Morotai keluhkan kinerja Panitia festival Kabupaten Pulau Morotai. Betapa tidak, kehadiran tamu undangan dari pelbagai kecamatan ditelantarkan Panitia di Sungai Cao. Pada hal mereka menjadi tumpuan harapan Pemda Morotai untuk memajukan budaya Morotai Provinsi Maluku Utara di dunia Mancanegara.
Tampak ribuan pemain musik tradisional bambu tada, vokal dan pemain juk yang berasal dari sejumlah desa di lima Kecamatan Kabupaten Pulau Morotai keluhkan ketersediaan air bersih di tempat penginapan mereka, seperti beberapa desa dan pusat ibukota kabupaten pulau Morotai, Maluku Utara, Selasa (6/8)
Kondisi tersebut disampaikan para pemain musik kepada wartawan ketika berkunjung sekaligus melakukan peliputan. Mereka bercerita sejak masuk Kota Daruba sampai saat ini yang menjadi kendala hanyalah air bersih.
“Soal makan dan minum aman dan terjamin. Tetapi kendala hanya soal air bersih untuk keperluan mandi yang menjadi masalah kami disini sudah beberapa hari tidak ada air,” ungkap Erik, bukan nama sebenarnya yang mengaku dari Kecamatan Morotai Timur
Pengaduan Erik dibenarkan teman-teman lainnya. “Iya memang betul soal air sejak awal kami ditempatkan Panitia di sini sudah ada masalah. Kondisi ini telah kami sampaikan ke panitia tetapi hanya janji yang diberikan sampai saat ini tidak diatasi. Sehingga malam inipun kami belum mandi padahal karena tidak ada air. Panitia minta kami jam 6 pagi sudah ke lokasi sail,” ungkap pria paruh baya itu dengan wajah sedikit jengkel
Gayungpun bersambut, seorang ibu rumah tangga dengan nada lantang menyampaikan, sudah empat hari kami 200 orang lebih di sini sedikit menderita karena susahnya mendapat air bersih untuk mandi dan mau buang air besar tidak ada WC.
“Sudah empat hari ini kami mandi ke sungai cao yang jaraknya kurang lebih 5 KM dari tempat tinggal. Untuk itu kami berharap panitia segera atasi malam ini, karena besok jam 6 pagi kami sudah harus berada di lokasi sail,” terangnya
Selain itu di tempat berbeda ratusan orang pemain bambu tada asal Morotai Selatan barat juga mengakui ada kendala. Tetapi menurut mereka kendalanya hanya soal angkutan yang sering terlambat sehingga mereka selalu tekat ke lokasi sail
“Kami di sini kendalanya hanya soal transportasi ke lokasi sail yang sudah berulang kali kami selalu terlambat ikut latihan. Selain keperluan keseharian kami tidak dibiayai, kami beli sendiri,” ungkap orang tua itu yang mengaku sebagai Koordinator
Di seluruh titik tempat nginap para pemain musik tradisional bambu tada rata rata keluhannya sama, tentang ketersediaan air bersih untuk mandi yang minim dan tidak ada tindakan panitia sampai hari ini untuk mengatasi air bersih
Selain itu mereka semua berharap, usai acara ini Pemkab dapat memberikan uang saku sesuai yang dijanjikan.
“Panitia janji selesai acara puncak kami di kembalikan ke desa masing masing dengan dibekali uang saku. Hanya jumlah besaran uangnya belum disampaikan,”ungkap Pemain Musik.Tradisionl tada. Data yang diterima,masing masing desa Rp. 10.000.000. (oje/IWO)