
Sorong, Monitorpapua.com
Perayaan Misa Syukur Ulang Tahun Orang Muda Katolik ‘Salib Suci’ Paroki Santo Yohanes Pembaptis, dengan selebran utama Pastor Iven Kocu, Pr., didampingi Pastor Manuel Air, OSA bertempat di Aula Paroki Santo Yohanes Pembaptis Klasaman Kota Sorong, Papua Barat Daya. Tema perayaan syukur OMK Salib Suci yakni “Aku Bangga Akan Salib Kristus, tepat pada 14 September 2024 memasuki Ulang Tahun ke 8 tahun. Hadir juga dalam perayaan misa syukur, Pastor Lewi Ibori, OSA, Pastor Katino, Pr., Frater OSA., Dewan Inti Pastoral Paroki, Ketua Lingkungan, OMK Salib Suci, OMK Stasi Santa Yosefa, Sekami-Rekat Paroki serta tamu undangan lainnya
Dalam khotbah Pastor Iven Kocu mengatakan Pesta Salib Suci dikhususkan untuk merayakan kayu salib itu sendiri sebagai instrumen keselamatan. Pesta Salib Suci dirayakan umat Katolik pada tanggal 14 September. Pesta Salib Suci merupakan hari penting untuk memperingati penemuan salib Yesus pada tahun 320 oleh Santa Helena, ibu Kaisar Romawi Konstantinus. Sebuah gereja dibangun di Golgotha, Yerusalem, sebagai penghormatan terhadap salib itu dan ditahbiskan pada 14 September 335. “Kita bersyukur kepada Tuhan karena OMK di Paroki Santo Yohanes Pembaptis mengenakan nama OMK Salib Suci. Semoga di usia ke 8 Tahun semakin menghayati nilai-nilai suci dari Salib Suci. Selain untuk merayakan penemuan Salib ini, Pesta Salib Suci juga menjadi momentum untuk menghayati makna Salib sebagai sumber kehidupan, sukacita dan kegembiraan. Pesta ini juga merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan dan kehidupan,” kata RD. Iven Kocu.
Bagi kita, orang-orang Katolik, tidak ada Paskah tanpa Jumat Agung, tidak ada kemenangan kebangkitan tanpa salib. Setiap rumah umat Katolik pasti ada Salib. apa makna Salib Suci itu bagi Orang Muda Katolik? Untuk apa Kayu Salib itu di pajang di rumah orang Katolik?
“Hari ini, 14 September 2021, Gereja Katolik sejagat merayakan Pesta Salib Suci. Bagi kita, orang-orang Katolik, tidak ada Paskah tanpa Jumat Agung; tidak ada kemenangan kebangkitan tanpa salib. Ingat, Salib Suci itu merupakan tanda bahwa Allah sungguh mengasihi manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini ehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Yesus Kristus mau berkorban dan wafat di Salib demi umat manusia,” kata RD.Iven Kocu.
Salib juga mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus walaupun dalam rupa Allah, tidak mengganggap kesetaraan dengan Allah itu milik yang harus dipertahanakan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalag Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:6-11).

Salib, bagi kita, adalah kenosis atau pengosongan diri atas kehendak dan sepenuhnya menerima kehendak Allah. “Kalau kita melihat salib, maka secara kasatmata kita melihat palang kayu. Palang kayu itu membahasakan makna kasih yang mendalam antara Allah dan manusia. Palang horizontal menandakan makna kasih antarsesama manusia, sedangkan palang vertikal menandakan makna kasih terhadap Allah. Palang vertikal yang lebih tinggi menandakan bahwa kasih terhadap Allah harus lebih tinggi, dan juga sebagai simbol bahwa manusia mengikatkan dirinya dengan kasih Allah, sebagai sumber hidupnya,” ujar RD. Iven Kocu.
Perayaan Misa Kudus dimeriahkan dengan koor dari OMK Salib Suci membuat suasana Misa Kudus menjadi hikmat dan Sakral. Usai perayaan Misa Kudus, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Dewan Pastoral Paroki. Untuk memeriahkan Ultah OMK Salib Suci, ada sesio pemotongan kue Ulang Tahun, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pentas seni dan tari oleh Sekami-Rekat Paroki hingga kegiatan berakhir dengan santap malam bersama. (Kevin Reresi/Ren)