Derita Sampari, Pengidap Hidrosefalus di Manokwari Butuh Uluran Tangan

460
- Iklan Berita 1 -

MANOKWARI, Monitorpapua.com – Jelang Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 2020, Redaksi menerima sebuah tulisan penderitaan rakyat di Tanah Papua. Tulisan ini sangat menyentuh hati Redaksi maka izinkan kami menerbitkannya. Tulisan ini diberi judul “Derita Sampari, Pengidap Hidrosefalus di Manokwari Butuh Uluran Tangan”. Tulisan ini sudah diterbitkan sejumlah media, kini media www.monitorpapua.com menerbitkan kembali tulisan yang dikirim sumber terpercaya ke Redaksi tanpa.mengubah judul dan isi. Harapan Redaksi semoga ada yang tergerak hati untuk menolong sesama yang menderita.

Menginjak usia 18 Tahun, Sampari Yembise harus menahan sakit dan belasan tahun harus terbaring di tempat tidur dengan kondisi kepala membesar, di rumahnya yang sederhana di Jalan Arowi 1, Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Kisah sedih yang dialami keluarga pasangan Johan Yambise (59) dan Sarce Urbasa (52) itu baru diketahui pada saat Sampari berusia dua bulan.

Penyakit, remaja yang menginjak dewasa lahir 11 Februari 2002 silam itu menjalar diketahui awalnya karena penyakit Hidrosefalus atau pembengkakan pada kepala karena penimbunan cairan di bagian kepala kini Sampari pun terkena penyakit Katarak, penglihatannya pun terganggu.

Mendengar kisah pilu ini, Masyarakat Adat Papua Wilayah III Doberay, Papua Barat, memohon uluran tangan dari semua pihak untuk sekiranya dapat berbagi kasih meringankan pengobatan Sampari.

“Atasnama masyarakat Adat Papua di wilayah III Doberay/Papua Barat, kami memohon uluran tangan dari semua pihak agar dapat membantu pembiayaan anak terkasih,” ucap Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Doberay Wilayah III Paul Finsen Mayor kepada ProPublik.id, Sabtu (15/8/2020).

Perjalanan hidup Sampari tak seperti anak-anak pada umumnya, karena keterbatasan biaya untuk pengobatan, Sampari pun hanya bisa diam dan menangis. Ayahnya yang pensiunan Guru SD itu pun hanya bisa mengelus-gelus kepalanya dengan perawatan sang ibunya.

“Ayah dari anak ini adalah mantan guru SD dengan pembiayaan yang begitu besar, kami menghimbau kepada semua pihak agar dapat membantu anak terkasih,” ucap Paul Mayor.

Sampari kini didampingi oleh Komunitas Peduli Kasih yang diketuai oleh Benoni Rahaor dan Sekretaris Maria Yasintha Bupu dengan harapan para pemangku kepentingan dan dermawan di Tanah Papua tergerak hatinya.

“Besar harapan kami agar Bapak Gubernur Papua Barat, Bapak Bupati dan pemangku kepentingan di atas Tanah ini, bisa membantu meringankan biaya Pengobatan Anak terkasih,” pinta Paul Mayor.

Dia menjelaskan adapun nomor penghubung dapat berkokunikasi ke nomor +62 812-8095-4531 dengan Ketua Adat Paul Mayor. Adapun, kata dia DAP Wilayah III Doberay merupakan Rumah Besar Masyarakat Adat Papua di wilayah III Doberay, Papua Barat, rumah ini berdiri dan bersuara untuk warga, sesuai slogannya, ” Selamatkan Manusia, Tanah dan SDA Papua”. (Rlis/MP)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini