Mimbar Agama Katolik : “Yohanes Pembaptis Menyuarakan Kebenaran”

65
Kesaksian Keluarga
Keluarga Katolik Memberikan Kesaksian Hidup
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com

Santo Yohanes Pembaptis menyuarakan Kebenaran (Markus 6:17-29), menegur yang salah, meluruskan yang bengkok dan meratakan yang penuh dengan lubang kesalahan, mengakibatkan Yohanes Pembaptis wafat demi Kristus.

Saudara-Saudari, Nilai objektif seorang tidak dibuat oleh dirinya sendiri tetapi oleh orang lain. Kalau kita menilai diri kita sendiri, penilaian itu belum tentu lengkap. Penilaian yang benar tentang diri kita biasanya berasal dari orang lain di sekitar kita, seperti tingkah laku kita, sikap, tutur kata dan perbuatan kita. Jelas bahwa orang lain yang mempunyai peranan penting dalam menguji nilai diri dan keberadaan kita di tengah keluarga dan masyarakat. Tinggi rendahnya kehidupan kita tergantung pada cara kita menunjukkan diri kepada sesama dalam segala kualitas manusiawi dan rohani kita.

Jika kita menunjukkan diri sebagai pribadi yang amat berharga bagi sesama, membantu dan menolong sesama, memberi sukacita dan kegembiraan bagi sesama serta menjadi berkat bagi mereka lewat pengorbanan kita, tentu di mata Tuhan dan sesama nilai diri kita begitu tinggi, bahkan terhormat dan mulia, bukan karena kepintaran dan kebolehan, bukan juga karena status dan kedudukan, bukan pula karena harta dan kekayaan tetapi karena pengorbanan dan pelayanan kita, bagi kebaikan dan keselamatan mereka di sekitar kita.

Hari ini Gereja memperingati wafatnya Yohanes Pembaptis. Kematian Yohanes Pembaptis memang sangat keji, diawali tipu daya dan rekayasa akibat dendam dan sakit hati yang tak terkendali. Injil menyebut Herodes dan Herodias isterinya menyimpan dendam kepada Yohanes karena teguran atas perkawinan mereka yang dinilai melanggar adat dan aturan agama.

Herodes mengambil atau merebut Herodias isteri Filipus saudaranya. Akibat rekayasa Herodias yang memanfaatkan anaknya, akhirnya Yohanes dipenggal kepalanya. Itulah nasib tragis seorang nabi yang memiliki tugas menyerukan dan menyuarakan kebenaran. Yohanes menegur yang salah, meluruskan yang bengkok dan meratakan yang penuh dengan lubang kesalahan. Demikian Pesan Romo Stepanus Istata Rahardjo, Pr)

Sebagai bahan refleksi bagi kita adalah apakah terbunuhnya Yohanes pembaptis mengkerdilkan orang-orang yang ingin memperjuangkan dan menegakkan kebenaran? Tentu Tidak!  Banyak orang Katolik memperjuangkan kebenaran itu, di tempat tugas dan juga dalam keluarga. Dalam Gereja Katolik tentu bermunculan orang yang dengan gigih dan tegar mengajarkan dan memperjuangkan kebenaran.

Mereka adalah para martir, dengan rela mempertaruhkan nyawa dan hidupnya demi iman dan kebenaran karena melaksanakan kehendak Allah, melakukan kebaikan berhadapan dengan tembok penolakan bahkan dengan kekerasan. Orang yang memelihara iri hati dan dendam di dalam hati serta pikirannya pasti tidak akan mampu mengendalikan diri dan tangannya sehingga ia harus  berbuat jahat kepada sesamanya.

Wafatnya Yohanes Pembaptis adalah contoh nyata dendam yang menuntun seseorang untuk melakukan kejahatan seperti Herodias dalam Injil hari ini: “Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat…Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!”

“Karena itu Firman Tuhan hari ini memberikan beberapa inspirasi kepada kita: Dendam dan iri akan membuat hidupmu tidak bersemangat dan penuh beban; Jangan biarkan dendam dan iri hati mendekam jiwamu dalam penjara tubuhmu;Hancurkanlah dendam dengan pengampunan dan maaf karena inilah cara terbaik untuk melepaskan dan membebaskanmu. Akhirnya ingatlah bahwa  pelampiasan dendam dan iri terhadap sesama hanya bisa memuaskan hati dan rasamu untuk sesaat, tapi pasti menyengsarakan jiwamu baik di dunia maupun di akhirat. (Demikian pesan Uskup Keuskupan Amboina, Mgr. Inno Ngutra)

Semoga semangat kenabian Yohanes Pembaptis dan para martir Gereja menginspirasi kita untuk tak berhenti mewartakan kebaikan dan memperjuangkan kebenaran. Sekecil apapun perbuatan kita, jika  dilakukan demi dan atas nama kebaikan, Tuhan akan berkenan. Karena itu, janganlah berhenti untuk memperjuangkan kebaikan. (Laurent R)

 

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini