Membuka Sejarah Peradaban, TNI-Polri Mohon Hormati Hak Hidup OAP

271
- Iklan Berita 1 -

SORONG, Monitorpapua.com – “Orang Asli Papua meminta pihak Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia (TNI-Polri) untuk menghormati hak hidup orang Asli Papua (OAP). “Mohon Hormati Hak Hidup Kami Orang Asli Papua”. Hal ini disampaikan Ketua Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Manokwari Sorong, Pastor Izaak Bame, Pr kepada Redaksi Monitorpapua.com

Suara Pastor Izaak Bame, Pr bertujuan untuk memperjuangkan hak hidup OAP di negerinya Tanah Papua. Pasalnya, terhitung 1 Mei 1963 sampai 28 Mei 2020 maka sudah 57 tahun 27 hari Pemerintah Indonesia mencaplok Tanah Papua dari kekuasan Orang Papua yang dipersiapkan oleh Bangsa Belanda.

“Menurut catatan sejarah Bangsa Indonesia, Belanda adalah Bangsa Penjajah namun beda dengan penilaian Orang Papua. Orang Papua melihat kehadiran Bangsa Belanda di Bumi Cendrawasi Papua merupakan Bangsa yang mengantar Bangsa Papua menuju peradaban,” jelas Pastor Izaak Bame.

Lebih lanjut kata Pastor Bame, Peradaban ini dimulai sejak hadirnya dua Pekabar Injil Otto dan Giestler di Pulau Mansinam Manokwari. Kemudian disusul Pater Cornelis Le Coq Darmanvile SJ di Sekru Fakfak 22 Mei 1894. Catatan Sejarah juga bahwa sebelum Ottow-Giesler dan Le Coq Darmanvile , SJ hadir di Tanah Papua sebenarnya penyebaran Agama Muslim sudah ada di Papua sekitar tahun 1512-1600 an, namun kehadiran Muslim sebenarnya lebih pada perdagangan bukan tujuan penyebaran Agama dan juga membawa orang Papua pada peradaban sehingga sampai hari ini penyebaran Agama maupun pembawa peradaban bagi orang Papua lebih dikenal dengan kehadiran Zending dan Misi dari pada Muslim,” terangnya lagi.

Berkaitan dengan sedikit uraian tentang perubahan di Tanah Papua maka boleh dapat dikatakan bahwa kehadiran Bangsa Belanda yang bagi Bangsa Indonesia adalah penjajah namun bagi bangsa Papua, Bangsa Belanda adalah pembawa peradaban walau Bangsa Belanda ada di Tanah Papua sekitar 60 tahun tapi nilai positifnya bagi Orang Asli Papua sangat besar sedangkan Bangsa Indonesia ambil alih justru tidak ada hal positif yang dialami Orang Asli Papua. Justru setiap hari hanya ada tangisan dan ratapan OAP maka berdasarkan uraian di atas saya Pastor Izaak Bame, Pr sebagai anak asli Papua sekaligus selaku Ketua Komisi Kerasulan Awam KMS menyampaikan sikap terhadap gaya dan cara kerja TNI-Polri di Tanah Papua sejak 1 Mei 1963-28 Mei 2020 sebagai berikut:

Pertama,TNI-POLRI sejak hadir di Tanah Papua 1 Mei 1963-28 Mei 2020 tidak sedikit pun menghormati Hak hidup OAP sebagai manusia. TNI-POLRI membunuh OAP sesuka hati bahkan tindakan itu disinyalir dinilai Kapolri dan Pangab sebagai Satu Prestasi.

Kedua, TNI-POLRI membunuh OAP dengan dalih bahwa Orang Asli Papua itu Pemberontak melawan negara namun pertanyaan sejak kapan Orang Asli Papua ikut dalam perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan?.

Ketiga, Dari sejarah, ada catatan bahwa setelah 17 tahun Indonesia Medeka barulah dengan cara yang kotor menyatakan bahwa Papua menjadi bagian dari Indonesia. Apakah ini bukan cara penipuan?

Keempat, Selama bangsa Papua bergabung dengan Bangsa Indonesia, 57 tahun 7 hari, tidak ada hal baik yang dirasakan Orang asli Papua. Maka pertanyaannya Kapankah TNI-POLRI hormati hak hidup kami Orang Asli Papua?

Kelima, TNI-POLRI, ingat bahwa cara dan gayamu menindas Orang Asli Papua telah memberikan citra buruk untuk bangsa Indonesia ke mata dunia.

Keenam, TNI-POLRI ingat bahwa sejarah sudah mencatat bahwa kekerasan akan mengantar sebuah bangsa menuju kemerdekaan. TNI-POLRI ingat pernyataan ‘NKRI HARGA MATI’ adalah tanda bahwa bangsa Indonesia sudah berada dalam kekecewaan dan frustrasi yang besar. ‘NKRI BUKAN HARGA MATI’ karena di dalam NKRI ada manusia yang hidup, Ada manusia memperjuangkan hidupnya. Jadi pernyataan ‘NKRI HARGA MATI’ sudah tidak laku untuk saat ini.

Ketujuh, TNI-POLRI Kapankah anda bisa menghormati hidup orang asli Papua? Salam.
(Red-MP)

Berikan Komentar

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini